Selasa 06 Jul 2021 13:53 WIB

Selama PPKM, Lampu Reklame dan PJU Sleman Padam Lebih Awal

Diharapkan, melalui pemadaman dan penyekatan akan berdampak pengurangan mobilitas.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Pemadaman (ilustrasi)
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Pemadaman (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bupati Sleman, DIY, Kustini Purnomo, menginstruksikan dilakukan pemadaman sejumlah lampu reklame dan penerangan jalan umum (PJU). Langkah ini dilakukan dalam rangka memaksimalkan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

Sejumlah pemilik reklame yang berada di bawah perizinan Kabupaten Sleman sudah disurati dan diminta untuk mematikan lampunya sampai 20 Juli mendatang. Selain reklame, lampu penerangan di sejumlah ruas-ruas jalan juga akan dipadamkan.

Kustini menerangkan, lampu PJU beberapa ruas jalan yang selama ini sering ramai dilintasi pengendara akan diatur agar bisa padam lebih awal. Antara lain jalan-jalan di sekitaran Seturan, Gejayan, Kaliurang, Tajem, dan jalan-jalan utama lain. "Ada juga yang nanti dipadamkan 20.00 WIB, semua sampai pagi hingga 20 Juli besok," kata Kustini, Selasa (6/7).

Selain mematikan lampu reklame dan lampu PJU di sejumlah titik keramaian, Pemkab Sleman bersama polisi akan menutup sejumlah akses jalan yang sering ramai dilalui kendaraan. Rencananya, dilakukan malam hari untuk mengurangi mobilitas masyarakat.

Berlokasi di sekitar Janti, Seturan, Gejayan, dan Kaliurang. Kustini menegaskan, langkah tersebut diambil untuk memaksimalkan pelaksanaan PPKM Darurat di Sleman. Ia berharap, melalui pemadaman dan penyekatan akan berdampak pengurangan mobilitas.

Untuk itu, ia meminta masyarakat agar tidak perlu khawatir terjadinya kejahatan dan kecelakaan. Pemkab Sleman, Polres, dan Kodim 0732 Sleman berkomitmen menjamin keselamatan, keamanan, dan kenyamanan masyarakat saat kebijakan ini diterapkan.

Kustini turut meminta masyarakat mematuhi aturan pelaksanaan PPKM Darurat yang ada, termasuk lewat pemadaman dan penyekatan, dengan berada di rumah saja. Kegiatan sekunder apalagi tersier diharapkan untuk ditunda dulu demi tujuan bersama.

"Langkah ini kita ambil agar masyarakat sudah tidak perlu ke luar rumah kecuali hal penting berhubungan dengan kesehatan. Selain itu, monggo (silakan) di rumah saja," ujar Kustini.

Sejauh ini, rencana pemadaman mendapat respons positif sejumlah komunitas. Bahkan, beberapa memberi jargon seperti Sleman Bobok Luwih Awal atau Sleman tidur lebih awal ditujukan kepada anak muda yang sering habiskan malam dengan kumpul-kumpul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement