Jumat 04 Jun 2021 08:05 WIB

Kontraksi dan Work from Bali

Pandemi membuat ekonomi Bali terkontraksi hingga 9,85 persen.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno (kanan) bekerja di ruangannya di Politeknik Pariwisata Bali, Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (27/5/2021). Menparekraf Sandiaga Uno bersama jajarannya melakukan
Foto: ANTARA/Fikri Yusuf
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno (kanan) bekerja di ruangannya di Politeknik Pariwisata Bali, Nusa Dua, Badung, Bali, Kamis (27/5/2021). Menparekraf Sandiaga Uno bersama jajarannya melakukan

Oleh : Ichsan Emrald Alamsyah, jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, "Yeee, seru Work from Bali," ungkap seorang sahabat di Insta Story-nya. Padahal, teman dekat penulis ini bukanlah seorang pegawai negeri sipil apalagi ASN. Ia hanya menanggapi seruan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.

Luhut sepekan lalu menggencarkan program Work From Bali untuk kementerian di bawah koordinasinya. Ia mendorong agar pegawai di bawahnya untuk bekerja dari Bali, walau belum ada pembicaraan lebih lanjut saat ini.

Hanya saja yang menjadi pembicaraan banyak orang adalah kenapa harus Bali. Hal itu karena saat ini yang terdampak pandemi Covid-19 tidak hanya Bali, namun juga seluruh Indonesia.

Bila kita bicara dampak utama, selain jutaan warga Indonesia terjaring Covid-19, tentu adalah persoalan ekonomi. Ekonomi yang kita bicarakan di sini adalah ekonomi di sektor pariwisata.

Semua provinsi, apalagi kita ketahui betapa Indahnya Indonesia ini, tentu terdampak pariwisatanya. Namun yang patut diingat, berdasarkan data Kepala Perwakilan Bank Indonesia promosi Bali, Trisno Nugroho sekitar 52 persen pertumbuhan ekonomi Bali berasal dari pariwisata.

Tak heran di kuartal I 2021, ekonomi Bali terkontraksi hingga 9,85 persen. Sementara DKI Jakarta walau sebagai ibukota negara dengan perputaran uang tertinggi hanya terkontraksi 1,65 persen. Padahal selama ini bisa dibilang Bali adalah penyumbang terbesar dari devisa travel secara nasional.

Devisa pariwisata Bali mencapai 9,34 Juta dolar AS. Angka itu mencakup 52,2 persen dari PDRB Bali.

Bali, suka tidak suka, memang memiliki infrastruktur terlengkap bagi pariwisata. Salah satunya kawasan The Nusa Dua yang menjadi pilot project Work From bali.

The Nusa Dua saat ini dikelola BUMN Indonesian Tourism Development Corporation. Selain itu, Pemerintah juga gencar menggelar vaksinasi di wilayah Bali khususnya pekerja di Nusa Dua. Sehingga betul bila sahabat penulis tampak girang mendengar Work From Bali. Hal itu bukan karena ia bisa atau akan pergi ke sana, namun karena bayangan liburan menyenangkan selama ini yang paling pertama terpikir adalah Bali.

Wisatawan Lokal
 
Dengan jumlah kedatangan wisatawan mancanegara hanya hitungan jari, sudah selayaknya memang pariwisata Bali lebih menengok ke turis lokal. Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati pun mendorong para pelaku pariwisata agar lebih optimal menggarap pasar wisatawan domestik.
 
"Merujuk pada data, setiap tahunnya tercatat 11 hingga 12 juta orang Indonesia berwisata ke luar negeri. Kalau setengahnya saja bisa kita garap, ini akan berdampak positif bagi pemulihan sektor pariwisata," kata Wagub Bali.
 
Oleh karena itu, dalam acara Meet and Greet Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) se-Indonesia yang dilaksanakan secara daring tersebut, ia mengajak jajaran BPPD bersatu membuat terobosan dalam menggarap wisatawan domestik."Kita jaga optimisme pelaku pariwisata, semangat mereka tak boleh padam. Jika semangat mereka sampai padam, akan terjadi kerusakan permanen yang akan sangat sulit diperbaiki," ucap pria yang biasa disapa Cok Ace itu.
 
Tak hanya itu, penulis juga sebenarnya setuju dengan pendapat Pemerhati Pariwisata Taufan Rahmadi. Ia yang berasal dari NTB mengapresiasi rencana Pemerintah Work From Bali.
 
Ia mengatakan, mengutip dari Republika.co.id,  WFB ini tidak cukup hanya kita melihatnya dari perspektif pemulihan  ekonomi saja, yang menurut oleh sebagian pengamat ekonomi dianggap tidak akan memberikan dampak ekonomi yang besar bagi Bali. Justru ia melihat WFB ini ajang latihan adaptasi berwisata di era new normal, belajar untuk berdampingan berwisata dengan situasi covid-19. Selain itu juga bisa pemantik inspirasi dari destinasi-destinasi wisata lain di Indonesia untuk melakukan hal serupa.
 
Meski sebagian pandangan lain, khususnya yang mengkritik kebijakan ini akan buang-buang uang saja, namun tidak bisa dipungkiri Bali memang wajah pariwisata kita.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement