Kamis 20 May 2021 21:27 WIB

Banyak Motif Batik Hilang, 72 Manuskrip Diteliti

Sejak 2019, penelitian dilakukan terhadap 72 manuskrip berupa tulisan.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Sejak 2019, penelitian dilakukan terhadap 72 manuskrip berupa tulisan.
Sejak 2019, penelitian dilakukan terhadap 72 manuskrip berupa tulisan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ditetapkan sebagai warisan tak benda kebudayaan Indonesia oleh UNESCO, batik memiliki keistimewaan khas pada motifnya. Motifnya sangat beragam dan yang paling terkenal adalah motif Kawung, bahkan anak-anak Indonesia sudah diajarkan motif ini sejak bangku SMP.

Namun, rupanya ada banyak motif batik yang hilang. Putri kelima Sultan Hamengkubuwono X, Gusti Kanjeng Ratu Bendoro menyebutkan, pada 2019 telah ada penelitian terhadap 72 manuskrip yang ditemukan. Manuskrip itu semua adalah manuskrip dari era Hamengkubuwono II saat Raffles masih menjajah Indonesia.

Baca Juga

“Setelah itu, kita pelajari manuskrip-manuskrip yang secara digitalisasi kembali ke kita ya. Karena Inggris adalah satu-satunya negara yang belum menandatangani perjanjian mengembalikan barang jarahan,” ungkap Gusti Bendoro dalam webinar virtual bertajuk ‘Masa Depan Batik Indonesia: Upaya Pelestarian Melalui Museum’, belum lama ini.

Jadi, pihaknya akan meriset manuskrip yang telah dijarah itu, namun harus membayar lagi. Karena itu ada di British Library dan Raffles Foundation. Pada 2018, pihaknya menggandeng seorang filantropis untuk mendigitalisasi 72 manuskrip tersebut, itu termasuk jumlah yang cukup besar secara finansial.

“Baru di 2019, kami mendapatkan dan membuka kembali lembaran-lembaran itu, dan ternyata ada beberapa motif yang sudah hilang. Dan harap diketahui, bahwa motif-motif yang tertulis di dalam manuskrip itu, bentuknya berupa keterangan tulisan saja, tidak ada gambarnya. Jadi hanya deskripsi,” papar mantan finalis Miss Indonesia 2009 itu.

Motif yang hilang tiga di antaranya adalah Sembagen Ombakingtoya, Pusparaga, dan Kawungsari. Seperti Sembagen Ombakingtoya ini pernah digunakan oleh seorang pangeran. “Ini memang sedang kami riset kembali, dan merekonstruksi kembali motif-motif yang hilang. Karena ini adalah bagian dari edukasi masa depan batik di Yogyakarta,” ucap dia lagi.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement