Sabtu 24 Apr 2021 12:42 WIB

AS Kembali Gunakan Vaksin Johnson & Johnson

Kasus gumpalan darah pascavaksinasi Johnson & Johnson ditemukan pada sejumlah wanita.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Indira Rezkisari
Vaksin Johnson & Johnson
Foto: Johnson & Johnson via AP
Vaksin Johnson & Johnson

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Regulator kesehatan AS telah mencabut jeda 11 hari pada vaksin Covid-19 Johnson & Johnson (J&J). Namun, AS akan menambahkan label peringatan tentang potensi pembekuan darah yang sangat langka.

Panel Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) sebelumnya menyetujui untuk memulai kembali peluncuran vaksinasi AS. Lima belas penerima vaksin menderita gumpalan darah berbahaya dari hampir delapan juta yang diberikan suntikan vaksin tersebut. Minggu ini, regulator obat Eropa juga mengakhiri pembatasan vaksin J&J.

Baca Juga

Regulator Eropa bulan ini juga mengaitkan pembekuan darah yang serupa dan sangat tidak biasa dengan suntikan AstraZeneca Covid-19, tetapi menemukan bahwa manfaat obat tersebut lebih besar daripada risikonya. Pada Jumat sore, CDC dan Administrasi Obat-obatan dan Makanan AS (FDA) dengan cepat mengikuti rekomendasi dari panel penasehat CDC setelah memilih dengan suara 10-4 untuk terus meluncurkan vaksin untuk orang berusia 18 tahun ke atas sesuai dengan otorisasi aslinya.

Keputusan tersebut berarti setidaknya 10 juta dosis vaksin J&J, yang dikirim dari pabrik perusahaan di Belanda, dapat segera digunakan di seluruh AS, dilansir di BBC, Sabtu (24/4).

Pejabat kesehatan mengidentifikasi sembilan kasus pembekuan darah lagi, menambah enam kasus yang sudah diidentifikasi sejak regulator pertama kali menyetujui vaksin sebagai aman dan efektif pada bulan Februari. Semua kasus terjadi pada perempuan, kebanyakan di bawah usia 50 tahun. Tiga meninggal dan tujuh tetap di rumah sakit. Sekitar dua belas kasus dialami wanita berusia 30-39 tahun. Tujuh dari wanita itu mengalami obesitas, dua memiliki tekanan darah tinggi, dan dua menggunakan kontrasepsi oral, menurut pejabat kesehatan.

Pejabat CDC yang mempresentasikan data pada hari Jumat mengatakan beberapa kasus pembekuan darah pada pria juga sedang ditinjau. Regulator kesehatan AS mengatakan pada hari Jumat bahwa penting bagi wanita untuk diberitahu tentang potensi risiko vaksin sehingga mereka dapat memutuskan apakah akan mencari alternatif.

Dr Sarah Long, dari Drexel University College of Medicine, termasuk di antara anggota panel yang menolak proposal tersebut karena menurutnya proposal tersebut tidak cukup untuk memperingatkan wanita. "Ini adalah kelompok usia yang paling berisiko (dari pembekuan darah) yang mendapatkan vaksin terutama untuk menyelamatkan nyawa dan kesakitan orang lain, bukan mereka sendiri," katanya.  

"Dan saya pikir kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa mereka mengetahui hal ini," tambahnya.

Gejala dapat muncul dalam tiga minggu setelah vaksinasi dan termasuk sakit kepala akut, sesak napas, serta sakit kaki dan perut. Pejabat kesehatan AS memperingatkan dokter bahwa heparin, pengobatan umum untuk pembekuan darah, dapat memperburuk kondisi terkait vaksin.

AS menghentikan penggunaan suntikan dosis tunggal awal bulan ini karena beberapa laporan pembekuan darah di otak pasca-vaksin di antara wanita AS. Mengikuti saran tersebut, semua situs federal di AS berhenti menggunakan vaksin tersebut.

Itu bukan kemunduran pertama bagi J&J dalam peluncuran vaksin virus corona AS. Bulan lalu, ramuan hingga 15 juta dosis vaksin raksasa farmasi itu dihancurkan di fasilitas Baltimore. Inspektur federal minggu ini mengidentifikasi serangkaian masalah di pabrik BioSolutions, termasuk masalah kebersihan dan keselamatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement