Jumat 15 Jan 2021 10:46 WIB

Perbaikan Kinerja Ekspor Sebabkan Neraca Dagang Surplus

Realisasi ini berbeda dari pola tahun-tahun sebelumnya yang biasa mengalami defisit.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2020 mencatatkan surplus 2,10 miliar dolar AS.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1). Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2020 mencatatkan surplus 2,10 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2020 mencatatkan surplus 2,10 miliar dolar AS. Realisasi ini berbeda dari pola tahun-tahun sebelumnya yang biasa mengalami defisit.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, biasanya, kinerja impor dan ekspor mengalami penurunan pada akhir tahun mengingat banyak hari libur. "Tapi, pattern Desember 2020 ini terbalik dan tentunya sangat menggembirakan," ucapnya dalam konferensi pers secara virtual pada Jumat (15/1).

Surplus pada bulan lalu terutama dikarenakan adanya perbaikan kinerja ekspor yang mengalami pertumbuhan 14,63 persen dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi 16,54 miliar dolar AS. Pertumbuhan positif terjadi pada seluruh sektor, kecuali migas yang mengalami kontraksi 10,10 persen.

Industri pengolahan yang berkontribusi hingga 78,10 persen terhadap ekspor Desember 2020 mengalami surplus tertinggi, yakni 19,14 persen, menjadi 12,92 miliar dolar AS. Sektor pertanian juga mencatatkan pertumbuhan positif 16,61 persen, menjadi 430 juta dolar AS.

"Kalau dilihat komoditasnya, penyebab utama surplus 2,1 miliar dolar AS adalah lemak dan minyak hewan nabati, bahan bakar mineral, besi dan baja," tutur Suhariyanto.

Di sisi lain, nilai impor turun tipis, 0,47 persen, menjadi 14,44 miliar dolar AS. Kontraksi hanya terjadi pada bahan baku/penolong. Meski turun tipis 2,02 persen, kontribusi yang mencapai 70,60 persen terhadap total impor menyebabkan penurunan impor pada barang ini memberikan dampak signifikan.

Selama Desember, neraca perdagangan nonmigas Indonesia masih mengalami surplus dengan banyak negara. Di antaranya, Amerika Serikat (AS) dengan surplus 1,2 miliar dolar AS dan India yang surplus 866 juta dolar AS.

Sebaliknya, neraca perdagangan nonmigas Indonesia mencatatkan defisit dengan Cina. Pada bulan lalu, defisitnya mencapai 1,1 miliar dolar AS karena adanya peningkatan impor dari Cina sebesar 550 juta dolar AS. "Kita juga defisit dengan Australia 260 juta dolar AS dan Brasil 203 juta dolar AS," kata Suhariyanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement