Selasa 03 Nov 2020 00:30 WIB

Jerman Ingin Kesepakatan Baru Usai Pemilu AS

Menlu Jerman memberi sinyal kecenderungannya lebih memilih Biden yang menang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 Gedung Kedubes Amerika Serikat di Berlin, Jerman.
Foto: AP/Markus Schreiber
Gedung Kedubes Amerika Serikat di Berlin, Jerman.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas mengatakan Berlin akan mencoba membuat kesepakatan baru trans-Atlantik dengan Amerika Serikat (AS). Pada surat kabar Tagesspiegel am Sonntag, Maas mengatakan kesepakatan baru ini akan dinegosiasikan usai pemilihan umum AS.

"Kami akan mendekati Washington dengan proposal segera setelah pemilihan dan mengajukan 'Kesepakatan Baru' trans-Atlantik," kata Maas seperti dikutip Deutsche Welle, Senin (2/11).

Ia menambahkan Berlin akan mengambil langkah tersebut siapa pun yang menjadi presiden AS selanjutnya. Maas menambahkan akan sangat berbahaya bila ia 'sebagai menteri luar negeri, menyampaikan harapan pribadi mengenai hasil pemilihan di negara lain'. "Ini bukan keputusan Jerman, tapi pemilihan demokrasi Amerika," kata Maas.

Namun Maas memberi sinyal samar-samar. Ia tampaknya lebih menyukai kandidat Partai Demokrat. Ia mengatakan Joe Biden berdiri dengan tradisi 'kerja sama multilateral akan memperkuat Amerika'.

"Kami telah mendengar Trump menggambarkan China, Rusia dan Uni Eropa sebagai satu nafas, sebagai musuh AS, ini harus diakhiri," kata Maas.

Maas menambahkan ada 'aturan main' dalam kesepakatan global seperti dalam isu perdagangan, perlindungan iklim, pandemi virus korona dan digitalisasi. "Masa depan dunia akan terlihat suram bila kami tidak bersatu dalam mengatasi masalah besar pada massa kami," katanya.

Ia menyinggung kerja sama tradisional antara AS dan Jerman yang terbentuk pasca-Perang Dunia II, termasuk besarnya jumlah pasukan AS di Jerman. Maas mengatakan mengatasi masalah di masa depan akan lebih mudah."Bila kami mendekatinya secara bersama-sama, bila kami mendengar satu sama lain dan belajar dari satu sama lain," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement