Rabu 01 Jul 2020 01:05 WIB

Sosiolog: Protokol Kesehatan Harus Disusun Spesifik

Protokol kesehatan tidak bisa sapu jagad untuk semua tempat

Imam B. Prasodjo
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Imam B. Prasodjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sosiolog Imam Prasodjo mengatakan protokol kesehatan pada pelaksanaan normal baru harus disusun secara spesifik dengan keunikan berbeda antara tempat satu dengan tempat lainnya.

"Kerumunan di pasar berbeda dengan kerumunan di masjid atau di pesta pernikahan. Tidak bisa pakai protokol 'sapu jagad'," kata Imam dalam bincang-bincang Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 yang ditayangkan akun Youtube BNPB Indonesia yang diikuti di Jakarta, Selasa (30/6)

Imam mengatakan setelah protokol kesehatan disusun, yang harus dilakukan berikutnya adalah melakukan sosialisasi. Sosialisasi antara kelompok masyarakat satu dengan yang lainnya bisa sangat berbeda.

Menurut Imam, agar sosialisasi protokol kesehatan berjalan efektif, diperlukan juru bicara yang dianggap sebagai acuan di masing-masing tempat. Juru bicara itu bisa saja lebih dari satu orang.

"Para champion yang perlu menyosialisasikan harus dibentuk. Tidak bisa hanya mengandalkan aparat saja. Mungkin di pasar ada pedagang yang dianggap berwibawa bisa menjadi champion," tuturnya.

Imam mengatakan adaptasi kebiasaan baru harus dilakukan masyarakat karena mereka memiliki rasa tanggung jawab, bukan karena takut kepada aparat atau tidak enak dengan anggota masyarakat lainnya.

Bila sosialisasi adaptasi kebiasaan baru dibangun karena rasa takut kepada aparat, maka setelah aparat tersebut pergi masyarakat akan kembali meninggalkan protokol kesehatan.

"Perjalanan lingkup sosialisasi dan mengubah perilaku masyarakat agak panjang. Perlu diatur tahapannya dengan baik," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement