Jumat 19 Jun 2020 14:44 WIB

Tengah Tahun, Penyerapan Gabah Bulog Capai 600 Ribu Ton

Volume penyerapan gabah oleh Bulog masih akan terus bertambah hingga akhir tahun.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Buruh mengumpulkan gabah yang baru dipanen, ilustrasi. Perum Bulog telah menyerap gabah dari petani sebanyak 600 ribu ton hingga pertengahan tahun ini.
Foto: ANTARA/BUDI CANDRA SETYA
Buruh mengumpulkan gabah yang baru dipanen, ilustrasi. Perum Bulog telah menyerap gabah dari petani sebanyak 600 ribu ton hingga pertengahan tahun ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Realisasi penyerapan gabah oleh Perum Bulog hingga pertengahan 2020 mencapai 600 ribu ton atau 42 persen dari target sebesar 1,4 juta ton. Meski musim panen utama telah lewat, volume penyerapan gabah masih akan terus bertambah hingga akhir tahun.

Sekretaris Perusahaan Bulog, Awaluddin Iqbal, mengatakan, optimal penyerapan gabah dan pengadaan beras memang berada pada periode musim panen Maret-Juni 2020. Namun, kata dia, di sisa waktu enam bulan ke depan, masih akan terdapat musim panen sehingga penyerapan masih terus berlangsung.

Baca Juga

"Pada umumnya nanti akan ada sedikit kenaikan penyerapan gabah lagi terutama di bulan Agustus-September. Prinsp penyerapan gabah intinya sepanjang tahun," kata Awaluddin kepada Republika.co.id, Jumat (19/6).

Ia menjelaskan, target Bulog sesuai rencana perusahaan memang sebesar 1,4 juta ton. Namun, kata dia, target itu merupakan cara untuk bisa menjaga stabilitas stok Bulog di gudang pada rentang 1 juta - 1,5 juta ton. Bagi Bulog yang terpenting adalah menjaga ketersediaan stok pada level tersebut serta stabilisasi harga di petani dan konsumen.

"Target itu kan dengan asumsi ada beberapa ruang penyaluran beras dan posisi panen. Tugas ke kita yang terpenting jaga stabilitas di hulu dan hilir," kata Awaluddin.

Lebih lanjut, Awaluddin menjelaskan, jika nantinya stok beras Bulog melebihi dari 1,5 juta ton, tentunya cadangan beras semakin kuat. Namun, situasi itu bakal menjadi beban bagi Bulog karena saat ini tidak memiliki ruang penyaluran beras yang pasti seperti pada era bantuan Beras Sejahtera (Rastra) di mana Bulog menjadi pemasok tunggal beras bagi keluarga penerima manfaat.

Adapun stok beras yang tersisa saat ini sebanyak 1,35 juta ton dari awal tahun sekitar 1,5 juta ton. Awaluddin mengatakan, permintaan beras pada masa pandemi Covid-19 cukup tinggi lantaran adanya penugasan langsung dari pemerintah untuk menggelontorkan bantuan sosial. Hal itu pun lantas berdampak pada kegiatan Bulog untuk menyerap gabah petani dan pengadaan beras.

Pihaknya pun memastikan Bulog akan terus memantau pergerakan harga beras baik di tingkat konsumen maupun harga gabah di tingkat petani agar tetap stabil. Sebagaimana acuan pemerintah, harga pembelian gabah petani oleh Bulog sebesar Rp 4.200 per kg. Adapun harga eceran tertinggi (HET) beras medium sebesar Rp 9.450 - Rp 10.250 per kg dan premium Rp 12.800 - Rp 13.600 per kg.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement