Sabtu 16 May 2020 10:40 WIB

Sejumlah Masjid di Senegal Mulai Dibuka untuk Jamaah

Senegal mulai membuka sejumlah masjid untuk jamaah.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Muhammad Hafil
 Sejumlah Masjid di Senegal Mulai Dibuka untuk Jamaah. Foto:  Keindahan Masjid Rabbani di teluk busur di bagian barat Ouakam, Dakar, Senegal.
Foto: face2faceafrica
Sejumlah Masjid di Senegal Mulai Dibuka untuk Jamaah. Foto: Keindahan Masjid Rabbani di teluk busur di bagian barat Ouakam, Dakar, Senegal.

REPUBLIKA.CO.ID, DAKAR -- Sejumlah masjid di Senegal mulai membuka pintu kemarin Jumat (15/5) setelah pemerintah setempat melonggarkan pembatasan karena virus corona. Namun demikian, sebagian masjid yang lain memilih untuk tetap tertutup karena menganggap tingkat infeksi Covid-19 begitu tinggi di sana.

Pekan ini, Presiden Senegal Macky Sall mengatakan bahwa kegiatan sholat berjamaah dapat dilanjutkan kembali di negara Afrika Barat tersebut. Akan tetapi, dengan syarat masjid mematuhi aturan pembatasan sosial.

Baca Juga

Lebih dari 90 persen penduduk Senegal adalah Muslim. Sebagian besar umat Muslim di sana mengikuti kelompok persaudaraan Sufi, yang masih mempertahankan pengaruh besarnya di negara berpenduduk 16 juta jiwa itu.

Laporan AFP menyebutkan, ribuan jamaah berbondong-bondong mendatangi masjid Massalikul Jinaan di ibukota Dakar kemarin Jumat. Masjid ini merupakan salah satu masjid terbesar di Afrika Barat dan milik dari kelompok persaudaraan Mouride.

Juru bicara Masjid Mor Daga Sylla mengatakan kepada AFP, bahwa otoritas agama telah mengimbau umat Islam untuk mencuci tangan dan menjaga jarak satu meter dari satu sama lain selama melaksanakan sholat di masjid.

"Kami tidak kenal kompromi," kata Sylla, dilansir di Daily Mail Online, Ahad (16/5).

Pemandangan serupa terjadi di pinggiran kota Dakar di Mbao. Di sana, air dan sabun diletakkan di depan masjid setempat, dan mayoritas jamaah mengenakan masker wajah.

Sementara di dalam masjid, imam masjid Pape Moussa Seck menyampaikan khutbah yang menyebut virus corona sebagai cobaan berat dari Allah yang disebabkan oleh pelanggaran agama, seperti pakaian yang tidak senonoh yang dipakai gadis muda, penyerangan dan pembunuhan.

Pihak berwenang Senegal telah mencatat 2.310 kasus hingga saat ini, termasuk 25 kematian. Jumlahnya rendang dibandingkan dengan Eropa dan Amerika Serikat yang mencatat angka kasus virus corona yang begitu tinggi.

Namun, seperti negara-negara miskin lainnya di kawasan Afrika, ada kekhawatiran bahwa mereka tidak siap untuk menangani wabah besar. Karena itu, sejumlah lembaga keagamaan di Senegal tetap ditutup lantaran ancaman virus tersebut masih ada.

Masjid-masjid besar di ibukota, seperti Masjid Agung Dakar dan masjid Cheikh Oumar Foutiyou, mengatakan pekan ini bahwa mereka tidak akan membuka masjid dahulu, misalnya, dengan alasan risiko kesehatan. Selain itu, gereja Katolik juga mengatakan bahwa misa tidak akan dilanjutkan.

Meskipun telah ada pelonggaran terhadap penerapan pembatasan pada ibadah, namun masih ada yang menerapkan langkah-langkah pencegahan virus ini. Senegal sendiri telah menutup sekolah dan perbatasan, membatasi perjalanan dan memberlakukan jam malam sebagai upaya mengekang penyebaran Covid-19. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement