Selasa 05 May 2020 04:39 WIB

Networking Membuka Peluang di Saat Krisis

Networking Membuka Peluang di Saat Krisis

Rep: Jeihan Kahfi Barlian (swa.co.id)/ Red: Jeihan Kahfi Barlian (swa.co.id)
Ilustrasi membangun jejaring secara digital. (sumber: Thinkstock)
Ilustrasi membangun jejaring secara digital. (sumber: Thinkstock)

Data dari LinkedIn Opportunity Index 2020 mengungkapkan bahwa 83% orang Indonesia percaya bahwa memiliki koneksi yang tepat merupakan langkah penting untuk maju dalam kehidupan. Namun, hanya 18% orang Indonesia yang berusaha membangun jaringan (network) profesional mereka. Hal ini menunjukkan bahwa banyak yang tidak yakin bagaimana cara membangun jaringannya.

Di tengah pandemi global Covid-19, menjadi penting bagi para pekerja profesional untuk tetap membangun hubungan dengan jaringan mereka dan membentuk koneksi baru, untuk mendapatkan akses ke peluang sekarang, dan persiapan untuk masa depan.

“Sebagai komunitas global, saat ini kita menghadapi masa yang tidak pasti. Kami melihat organisasi dan pekerja di seluruh dunia terdampak efeknya. Selama masa-masa sulit seperti ini, kami percaya bahwa yang terpenting adalah membangun jaringan yang lebih kuat. Hal ini berpotensi membantu kita dalam mencari peluang baru bahkan saat kita menghadapi situasi ini hingga pulih dari krisis ini,” kata Olivier Legrand, Managing Director LinkedIn Asia Pacific.

Di Indonesia, Generasi Z dan para pria menganggap kurangnya jaringan kerja sebagai penghalang terbesar mencapai peluang.

Dibandingkan dengan kelompok umur lainnya, kurangnya jaringan dan koneksi merupakan penghalang yang lebih besar bagi generasi Z (26%) dan milenial (25%), dan lebih terasa di kalangan pria (26%) dibandingkan dengan perempuan (21%). Kurangnya jaringan terutama menjadi penghalang bagi mereka yang mencari pekerjaan yang lebih stabil, ingin memanfaatkan keterampilan mereka, atau bahkan mendirikan bisnis.

Mereka yang memiliki jaringan dan koneksi yang lebih kuat memiliki keuntungan dalam mengakses peluang yang mereka inginkan. Di LinkedIn, inilah yang disebut dengan “Network Gap” (kesenjangan jaringan kerja). LinkedIn juga menemukan bahwa orang dengan jaringan yang kuat umumnya lebih optimis tentang masa depan mereka daripada orang dengan jaringan yang lebih sedikit atau kurang beragam. Oleh karena itu, memperkecil kesenjangan jaringan adalah kunci untuk memastikan akses yang setara bagi semua orang sehingga mereka dapat meraih peluang.

"Kita semua memiliki peran untuk mengatasi kesenjangan jaringan yang ada, baik bagi orang-orang yang baru memulai karir nya, atau bagi seorang pekerja profesional yang berpengalaman," Olivier melanjutkan.

Pada kesempatan yang sama, Shabrina Koeswologito, Digital Manager di Mindshare memberikan testimoni bahwa membangun jaringan merupakan bagian dari kehidupan. “Saya percaya ada tiga hal yang perlu diprioritaskan ketika membangun jaringan dengan seseorang: pertama, selalu memberikan lebih banyak daripada yang Anda terima, kedua, pastikan untuk menghargai waktu orang lain, terakhir, personalisasikan pesan Anda agar relevan dengan orang yang ingin dituju," ujarnya.

Sementara Ananda Nadya, Senior UX Researcher di Tokopedia & LinkedIn Spotlight 2019, mengatakan, "Sebagai seorang peneliti, saya harus menjaga hubungan yang baik dengan orang lain karena salah satu peranan dalam pekerjaan saya mengharuskan  untuk dapat berkoneksi dengan berbagai pemangku kepentingan. Di era digital saat ini, membangun jaringan dan koneksi juga dapat dilakukan secara online. Hal ini sangat penting, terutama karena kondisi pandemi global saat ini memberikan dampak bagi banyak industri."

Editor : Eva Martha Rahayu

www.swa.co.id

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement