Senin 27 Apr 2020 22:28 WIB

Keutamaan Menyambung Tali Silaturahim

Menurut Rasul SAW, rahmat Allah tak diturunkan kepada yang memutus tali silaturahim.

Ilustrasi silaturahim
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi silaturahim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik adalah sesuatu yang kerap dijumpai dalam kehidupan. Acapkali, konflik berlarut-larut sehingga menimbulkan kebencian atau bahkan dendam dalam hati. Alhasil, rasa persaudaraan pun kian pudar.

Itu sebabnya, diperlukan sarana untuk mempersempit bahkan menghilangkan peluang terjadinya konflik di antara sesama. Salah satu caranya adalah merajut kembali kekerabatan.

Baca Juga

Dalam bahasa Alquran, hal ini dikenal dengan istilah silaturrahim. Banyak ayat Alquran maupun hadis yang mengisyaratkan pentingnya silaturahmi.

Dalam surah an-Nisaa' ayat 1 disebutkan kata 'arham'. Kata itu ditujukan kepada segenap manusia agar bertakwa kepada Allah. "Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu."

Arham adalah kata jamak dari rahim. Kata dasarnya adalah rahima-yarhamu-rahiman, yang berarti 'kasih sayang', 'lembut hati', atau 'karunia.'

Secara tersirat, di dalamnya terdapat arti 'maaf' serta 'penuh kasih sayang' yang merupakan salah satu sifat Allah.

Biasanya, tradisi silaturahim di tengah kaum Muslimin Indonesia berkenaan dengan tiga macam ibadah: puasa Ramadhan, shalat Id, dan zakat fitrah. Semua ini diharapkan dapat memberi kesadaran yang lebih intens dalam hidup kerohanian.

Allah SWT menegaskan: "Dan balasan atas suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Maka, barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah..." (QS.42: 40).

Nabi Muhammad SAW merupakan teladan agung dalam perkara memberikan maaf kepada mereka yang memusuhinya. Diriwayatkan oleh Abdullah bin 'Auf, "Kami waktu itu sedang berkumpul bersama Rasulullah SAW dan beliau bersabda, 'Janganlah duduk bersamaku, orang yang memutuskan persaudaraan.'

Mendengar ucapan tersebut, seorang pemuda berdiri meninggalkan majelis. Pemuda itu rupanya telah lama bertengkar dengan bibinya. Ia lalu minta maaf kepada bibinya dan bibinya pun memaafkannya. Setelah itu dia kembali ke majelis sehingga Nabi SAW bersabda, 'Sesungguhnya rahmat Allah tidak akan turun apabila yang di situ ada orang yang memutuskan tali persaudaraan.'

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement