Kamis 16 Apr 2020 04:11 WIB

Sebelum Corona, Virus-Virus Ini Bikin Heboh Dunia

Kasus corona di dunia kini sudah tembus 2 juta kasus di 210 wilayah.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.
Foto: MgIT03
Ilustrasi Penyebaran Virus Corona.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kasus kematian akibat virus corona di terus bertambah. Secara global, hingga Rabu (15/4) kasus corona sudah tembus 2 juta kasus dengan 127 kematian di seluruh dunia. Jutaan kasus itu tersebar di 210 negara dan wilayah.

Selain corona virus yang menyebabkan penyakit covid-19, berikut ini adalah virus-virus yang pernah membuat geger dunia, dilansir dari Live Science:

Baca Juga

Influenza

Virus influenza dapat menyebabkan flu musiman yang bertanggung jawab atas kematian hingga 500 ribu orang per tahunnya.

Pandemi flu paling mematikan dikenal sebagai flu Spanyol. Flu Spanyol mulai terjadi pada 1918 dan menyebabkan 40 persen populasi dunia jatuh sakit. Wabah ini menyebabkan kematian pada sekitar 50 juta orang.

Dengue

Virus dengue pertama kali muncul pada 1950-an di Filipina dan Thailand. Sejak saat itu, virus dengue menyebar di seluruh wilayah tropis dan subtropis yang ada di berbagai penjuru dunia. Hingga 40 persen dari populasi dunia saat ini tinggal di area endemi dengue.

Virus Marburg

Ilmuwan pertama kali mengidentifikasi virus Marburg pada 1967. Virus ini diidentifikasi ketika terjadi wabah kecil di antara pekerja-pekerja laboratorium di Jerman akibat monyet-monyet yang terinfeksi dari Uganda.

Orang-orang yang terinfeksi virus ini akan mengalami demam tinggi dan perdarahan di seluruh tubuh. Kondisi ini dapat membuat tubuh jatuh ke dalam kondisi syok, mengalami kegagalan organ serta kematian.

Virus Ebola

Wabah Ebola pertama yang tercatat oleh sejarah terjadi di Sudan dan Republik Demokratik Kongo pada 1976. Ebola menular melalui kontak dengan darah, cairan tubuh lain, atau jaringan tubuh dari orang-orang dan hewan yang terinfeksi.

Strain-strain dari virus Ebola memiliki kemampuan mematikan yang sangat beragam. Strain Ebola Reston misalnya, tidak membuat manusia jatuh sakit. Akan tetapi, strain Bundibugyo dapat menyebabkan kematian dengan tingkat kematian hingga 50 persen. Strain Sudan juga diketahui dapat menyebabkan kematian hingga 71 persen.

Wabah Ebola yang terjadi di Afrika Barat pada 2014 lalu merupakan wabah terbesar dan paling rumit yang pernah ada.

Rotavirus

Infeksi rotavirus dapat menyebabkan diare berat pada bayi dan anak kecil. Virus ini dapat menyebar dengan cepat melalui rute fecal-oral. Kematian pada anak akibat infeksi rotavirus sangat jarang ditemukan di negara-negara maju. Sayangnya, virus ini masih menyebabkan penyakit mematikan di negara-negera berkembang.

Rabies

Sejak 1920-an, vaksin rabies untuk hewan telah membantu manusia dalam mencegah terjadinya infeksi virus rabies yang menyebabkan penyakit rabies atau anjing gila. Oleh karena itu, kasus rabies sudah sangat jarang terjadi di negara-negara maju. Akan tetapi, kasus rabies masih menjadi masalah yang serius di India dan sebagian Afrika.

HIV

Saat ini, HIV masih menjadi salah satu pembunuh terbesar. Diperkirakan sekitar 36 juta orang meninggal akibat infeksi HIV sejak virus ini pertama kali ditemukan pada 1980-an.

Penyakit ini tetap menjadi momok, khususnya bagi orang-orang yang ada di negara-negara berpendapatan rendah atau sedang. Di negara-negara ini lah sekitar 95 persen kasus infeksi HIV baru terjadi setiap tahunnya.

Cacar

Jauh sebelum dunia bebas dari ancaman cacar pada 1980, selama ribuan tahun manusia harus bergelut dengan cacar. Pada abad ke-20, cacar menyebabkan 300 juta kasus kematian.

Hantavirus

Hantavirus pulmonary syndrome (HPS) pertama kali mendapatkan sorotan di Amerika Serikat pada 1993. Saat itu, seorang pemuda sehat dan tunangannya yang tinggal di area Four Corners meninggal hanya dalam hitungan hari setelah mengalami keluhan nafas memendek. Beberapa bulan setelahnya baru ditemukan bahwa kondisi tersebut disebabkan oleh infeksi hantavirus.

Hantavirus yang berbeda pernah memicu wabah pada awal 1950-an, saat perang Korea terjadi, menurut sebuah laporan dalam jurnal Clinical Microbiology Reviews. Lebih dari 3.000 pasukan tentara terinfeksi dan 12 persen di antaranya meninggal dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement