Selasa 17 Mar 2020 01:07 WIB

Saat Corona Sudah Masuk Istana

Pemerintah pusat harus secara transparan mengumumkan kasus virus corona.

Teguh Firmansyah, Jurnalis Republika(Republika)
Foto: Republika
Teguh Firmansyah, Jurnalis Republika(Republika)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Teguh Firmansyah*

Penyebaran virus corona memasuki babak baru. Setelah di China mulai mereda, virus Covid-19 kini satu per satu mulai masuk ke hampir semua negara, tak terkecuali Indonesia.

Dari awalnya hanya dua kasus WNI yang diumumkan terjangkit corona pada 2 Maret, kini sudah ada lebih dari 117 orang positif corona (data 15 Maret). Artinya, dalam kurun dua pekan, kenaikannya lebih dari 100 orang atau lima puluh kali lipat. Bukan tidak mungkin jika tidak disikapi dengan tepat, angkanya bisa melonjak mencapai ribuan dalam kurun waktu sepekan mendatang.

Jurus pemerintah yang mengaku bekerja dengan senyap dan cenderung tertutup terbukti tak berhasil mengatasi persoalan. Alih-alih menyelesaikan masalah virus Covid-19 yang tak mengenal status kewarganegaraan itu, justru kini telah virus tersebut masuk ke lingkaran istana.

Pemerintah mengonfirmasi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (BKS) positif terpapar corona. Bukan tidak mungkin sejumlah menteri lain atau pejabat maupun jurnalis yang sempat kontak dengan BKS terpapar corona. Apalagi, dalam beberapa hari terakhir, kesibukan BKS terbilang cukup tinggi.

Kita tentu tak ingin kondisi China, Italia, atau Iran yang menjadi korban keganasan corona terjadi di Tanah Air.  Di Italia, sudah lebih dari 17 ribu orang terjangkit Covid-19 dan setidaknya 1.200 orang meninggal akibat virus ini. Bahkan, pada Kamis lalu, tercatat 250 kematian selama 24 jam terakhir.

Di Iran lebih dari 600 orang meninggal akibat corona. Sejumlah pejabat tinggi Iran yang duduk di eksekutif ataupun parlemen ikut terjangkit. Pejabat senior yang juga penasihat pemimpin spiritual tertinggi Iran juga meninggal akibat corona.

Negara-negara lain kini sudah mengencangkan sabuk pengaman mereka, dari mulai menutup keran warga asing, membatasi ruang publik, hingga mengambil langkah ekstrem dengan melakukan lockdown. Presiden AS Donald Trump yang sebelumnya terlalu menganggap remeh kasus ini juga sudah meningkatkan kewaspadaannya. Trump telah mengumumkan keadaan darurat.

Berkaca dengan kondisi tersebut, sudah saatnya pemerintah meninggalkan cara-cara lama yang cenderung bersikap tertutup. Umumkan persebaran corona secara transparan di daerah.

Tak perlu sebut nama, cukup paparkan daerah mana saja potensi persebaran karena hal itu akan membuat orang lebih waspada. Transparansi itu penting karena merupakan salah satu kunci keberhasilan menangani virus ini. Lebih baik mendapat kabar jujur tetapi pahit, daripada seolah-olah baik tetapi ternyata kondisinya buruk.

Jangan sampai kasus warga Cianjur yang meninggal dan ternyata positif crona terulang. Warga Cianjur itu sempat dinyatakan negatif. Bahkan, juru bicara pemerintah, Yurianto, mengonfirmasi hal tersebut. Namun, belakangan Gubernur Jawa  Barat Ridwan Kamil menyebut pasien tersebut positif corona.

Pemerintah sebaiknya juga menghentikan komentar-komentar yang menganggap remah, seperti 'enjoy saja' atau 'jangan takut dengan Corona' atau menyerang pemerintah daerah yang bersikap lebih tegas dalam kasus corona. Pengangkatan Duta Imunitas Corona juga kurang tepat momennya karena pertumbuhan virus ini yang makin mengkhawatirkan.

Selain itu, yang tak kalah penting adalah bekerja sama dengan pemerintah daerah. Pemerintah pusat sudah tidak bisa lagi menganggap semua bisa ditangani sendiri dengan mengambil sampel secara terpusat.

Kondisi itu tentu tidak efektif karena akan memakan waktu yang sangat lama, sementara virus bergerak dengan cepat. Rangkul tenaga medis di daerah atau universitas yang memiliki klasifikasi untuk melakukan tes. Siapkan juga opsi-opsi darurat, dari mulai penyediaan lokasi khusus untuk karantina hingga kemungkinan untuk lockdown jika memang virus terus menyebar.

Terakhir, mari kita semua bekerja sama. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluru warga Indonesia harus peduli akan persebaran virus ini. Jika pemerintah bersikap tegas, tetapi warganya membandel, susah juga nantinya. Kalaupun memang kita belum bisa menghentikan aktivitas di luar, mari dimulai dengan hindari keramaian. Tak perlu jalan-jalan ke puncak saat lokasi hiburan di Jakarta sudah tutup.

*) penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement