Ahad 26 Jan 2020 13:19 WIB

BNPB Dorong Sistem Peringatan Dini Bencana di Smartphone

Peringatan dini melalui telepon genggam tepat khususnya di era serba teknologi.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Gita Amanda
BNPB menyatakan, saat ini peringatan dini bencana sebaiknya sudah bisa disampaikan lewat smartphone atau telpon genggam. Foto petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memasang sirine untuk perigatan dini bencana Gunung Agung, (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana
BNPB menyatakan, saat ini peringatan dini bencana sebaiknya sudah bisa disampaikan lewat smartphone atau telpon genggam. Foto petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memasang sirine untuk perigatan dini bencana Gunung Agung, (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Deputi Bidang Sistem dan Strategi Badan Nasional Penanggulangan Bencanna (BNPB), Wisnu Wijaya, mengatakan sistem peringatan dini paling baik berada di genggaman masyarakat. Artinya, sistem peringatan dini tersebut bisa disematkan di telepon genggam atau smartphone masyarakat.

Menurut Wisnu, sudah bukan saatnya sistem peringatan dini dilakukan hanya melalui menara-menara komando lalu disampaikan ke masyarakat. Peringatan dini melalui telepon genggam adalah hal yang tepat khususnya di era serba teknologi.

Baca Juga

Ia mencontohkan sistemnya bisa seperti google map. "Early warning yang terbaik saat ini saya pikir itu ada dalam bentuk genggaman. Menurut saya, early warning terbaik itu google map. Misalnya, saya mau ke Thamrin merah semua, tidak perlu pakai polisi, tidak perlu pakai tentara, saya akan belok ke yang tidak merah," kata Wisnu, dalam sebuah diskusi di Jakarta Pusat, Sabtu (25/1) lalu.

Ia menjelaskan, distribusi penggunaan telepon genggam di Indonesia sangat padat. Hampir seluruh daerah masyarakatnya memiliki telepon genggam, khususnya masyarakat Pulau Jawa. Ia juga mengatakan, potensi bencana banyak terjadi di Pulau Jawa.

Selain itu, ia menambahkan, sebuah peringatan dini mestinya tidak bisa hanya disampaikan. Masyarakat juga harus dipastikan paham terkait peringatan dini yang diberikan. Selanjutnya, sebuah peringatan dini haruslah mendorong masyarakat untuk melakukan sesuatu.

Ia mencontohkan sistem peringatan dini banjir di Filipina. Di dalam peringatan dininya, ditampilkan tiga segmen yakni warna kuning yang artinya ada ancaman banjir. Di dalam peringatan dini tersebut, juga ada perintah apa yang harus dilakukan masyarakat selanjutnya.

Selanjutnya adalah warna oranye yang artinya banjir mengancam masyarakat. Lalu, peringatan dininya juga menyarankan agar masyarakat melakukan persiapan evakuasi segera.

Segmen terakhir yang paling berbahaya adalah segmen merah, yakni artinya pasti akan terjadi banjir. Oleh sebab itu, masyarakat diarahkan untuk segera melakukan evakuasi ke tempat yang aman dari ancaman banjir. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement