Rabu 15 Jan 2020 17:12 WIB
Malari

46 Tahun Malari: Indonesia Alami Kemunduran

Jangan sampai bangsa ini kehilangan daya kritis.

Hariman Siregar dan Joko Santoso pada peringatan 46 Malari, di Jakarta, Rabu (15/1)
Foto: Muhammad Subarkah
Hariman Siregar dan Joko Santoso pada peringatan 46 Malari, di Jakarta, Rabu (15/1)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh Malari, Hariman Siregar menila kondisi Indonesia mengalami kemunduran. Keadaan yang sama tidak bisa beranjak pada situasi yang terjadi ketika meletusnya peristiwa demonstrasi mahasasiswa pada 15 Juli 1974. Hal itu adalah adanya kemunduran demokrasi dan investasi asing yang ugal-ugalan.

''Waktu itu kondisinya saya masih yakin Indoensia dalam 20 tahun ke depan akan menjadi raksasa Asia Tenggara. Ternyata hal itu tidak terjadi. Sama dengan sekarang saat itu kami para mahasiwa sudah mempeingatkan bila pembangunan jangan mengejar angka pertumbuhan tapi bagaimana meratakan keadilan dan kesejahteraan kepada seluruh rakyat,' kata Hariman pada peringatan 46 tahun peristiwa Malari (Malapetaka Lima Belas Januari 1974), di Jakarta, Rabu (15/1).

photo
Peristiwa Lima Belas Januari (Malari) di Jakarta

Hariman mengatakan bila membandingkan dengan negara lain maka akan kaget bahwa Indonesia tertinggal. Misalnya jangan bandingkan Jakarta dengan Shanghai, bandingkan Indonesia dengan beberapa negara Afrika yang dalam dua puluh tahun terakhir membangun, Indonesia banyak ketinggalan.

''Bila dibandingkan dengan negara itu, Indonesia kini terasa kumuh. Kondisi ini demokrasi pun makin mundur. Pembangunan yang pada tahun 1974 kami kritisi karena berpihak pada monopoli dan KKN, kini terasa lagi,'' ujarnya. Sekarang korporasi terlalu kuasa, rakyat makin ditinggalkan,'' kata Hariman.

Bercermin dari keadaan tersebut, lanjut Hariman, semua terserah kepada daya juang dan kreasi generai masa kini atau milenila. Tinggal apalah mereka punya kesadaran pada kondisi bangsa dan rakyatnya atau tidak.''Dulu saya percaya tokoh agama, cendikiawan, dan lainnya. Kini saya lebih percaya kepada orang yang mau berjuang dan punya keberanian,''tegasnya.

Dalam acara peringatan 46 tahun Malari hadir beberapa tokoh seperti Joko Santoso, Andrinov Chaniago, dan banyak tokoh lainnya. Dalam acara yang digelar di gedung Pusat Perfilman Usmar Ismail di bilangan Kuningan itu juga di gelar diskusi dengan tema menyoroto kondisi bangsa pada masa kini yang dilakukan para akademisi muda dari berbagai lembaga dan universitas.

Gambar mungkin berisi: 1 orang

Sementara  itu mantan Panglima TNI, Joko Santoso ketika diberi kesempatan memberikan sambutan menyatakan semua anak bangsa seharusnya menyadari dan paham bahwa bangsa ini harus bisa semakin mandiri, adil, dan sejahtera. Tragedi demi tragedi yang terjadi dalam sejarah bangsa jangan samppai terulang kembali/

''Dahulu kita telah mengalami zaman VOC ketika asing datang ke Nusantara dan mulai menjajah kita selama 350 tahun. Saat itu elit kita, yakni Raja Banten, lengah dan menganggap kedatangan armada dagang Belanda (VOC) hanya sekedar berdagang. Dan ini terbukti ternyata tidak. Maka di zaman ini kita berharap agar 'Zaman VOC' jilid kedua tidak terjadi dan menimpa kita lagi,'' kata Joko Santoso.

Menyinggung cara untuk mencegah hal buruk kepada bangsa ini tidak terulang kembali, Joko Santoso menegaskan agar semua pihak mulai sekarang terus menaikkan daya kritis kepada keadaan yang tengah terjadi. Dan itu sudah dicerminkan oleh para mahasiswa sewaktu terjadinya peristiwa Malari pada 46 tahun silam.

''Kalau bangsa ini sudah tidak ada daya kritisnya, maka itu tanda-tanda dari datangnya lonceng kematian bangsa,'' kata Joko Santoso menandaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement