Selasa 10 Dec 2019 18:22 WIB

Ketika Pisang Berlakban Laris 120 Ribu Dolar AS

Seniman yang melahap karya seni pisang berlakban tidak menyesal.

Karya seni pisang berlakban menghebohkan dunia karena laris dibeli seharga ratusan ribu dolar AS di ajang Art Basel Miami.
Foto: EPA
Karya seni pisang berlakban menghebohkan dunia karena laris dibeli seharga ratusan ribu dolar AS di ajang Art Basel Miami.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seni tidak harus masuk di nalar masyarakat awam. Seni bisa jadi bergantung pada sang seniman dan mereka yang menikmatinya.

Seperti karya seni dalam bentuk pisang yang ditempel dengan lakban. Yang mengejutkan seni pisang dengan lakban itu terjual seharga 120 ribu dolar AS.

Baca Juga

Faktor mengejutkan berikutnya adalah ketika seni pisang dengan lakban itu tiba-tiba diambil oleh seorang pria bernama David Datuna dan dimakan di harapan ratusan orang.

Datuna namun tidak merasa bersalah. "Itu bukan vandalisme. Itu adalah penampilan seni dari saya dan saya tidak minta maaf," ujar Datuna, dikutip dari CNN, Selasa (10/12).

Pisang tersebut adalah karya seniman Italia Maurizio Cattelan di ajang Art Basel Miami. Instalasi seni tersebut diberi judul 'Comedian'. Cattelan adalah seniman yang juga dikenal dengan karya seninya berupa toilet emas 18 karat seharga 6 juta dolar AS. Instalasinya itu namun dicuri dari Istana Blenheim awal tahun ini.

Datuna menyebut Cattelan sebagai salah satu seniman ternama dunia. Ketika ditanya bagaimana bisa Datuna melahap karya seni, ia mengatakan aksinya tidak berarti dia mengerdilkan karya orang lain. Datuna bahkan memuji karya seni pisang Cattelan sebagai jenius.

"Dalam kasus ini, bukan berarti saya memakan seni," kata Datuna. "Seperti kata galeri, bukan pisangnya, tapi konsepnya. Dan saya baru saja memakan konsep dari sang seniman. Jadi saya pikir ini keren, ini seru, ini dia seni," ujarnya.

Datuna selama ini dikenal juga penampil yang dramatis. Ia pernah melakukan pertunjukan anti-Putin di Lapangan Merah Moskow. Dua bulan sebelum Trump terpilih, Datuna memasang instalasi bendera Amerika SOS di depan Gedung Putih.

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by David Datuna (@david_datuna) on

Ia mengatakan rencananya akan memakan pisang itu itu pagi hari. "Saya menyebut pertunjukan itu 'Hungry Artist', karena saya lapar dan saya makan saja," ucap Datuna.

Aksinya melahap pisang dipandangnya sebagai bentuk seniman berkomunikasi dengan satu sama lain. "Itu adalah karya seni dia dan ini adalah pertunjukan saya."

Masalahnya banyak orang di galeri yang melihat aksinya memakan pisang marah. Datuna tapi tidak takut masuk penjara. Sebelum pertunjukannya Datuna meminta temannya menghubungi pengacara. Ia mengaku tidak tahu apa yang terjadi ke depan setelah ia dimintai keterangan oleh kepolisian.

Dua karya seni berupa pisang berlakban itu sudah terjual seharga 120 ribu dolar. Galeri yang berbasis di Paris itu sudah mengumpulkan 150 ribu dolar AS untuk karya seni pisang berlakban ketiga yang akan dijual ke sebuah museum.

Pisang karya Cattelan itu dibeli di supermarket biasa. Dikutip dari AP, tidak diketahui apa yang akan dilakukan jika pisangnya membusuk.

Kolektor seni asal Miami, Billy and Beatrice Cox, adalah pembeli karya seni pisang seharga 120 ribu dolar pekan lalu. Dikutip dari Page Six, Cox mengatakan mereka sangat sadar tentang keabsurdan karya seni 'Comedian' yang tidak mahal dan mudah rusak karena dibuat dari pisang dan lakban biasa.

"Tapi kami melihat debat publik yang muncul dari itu, memicu pembahasan tentang seni dan budaya, jadi kami memutuskan membelinya. Kami tahu risikonya, tapi kami sadar kalau pisang karya Cattelan akan menjadi objek sejarah yang ikonik," kata Cox.

Pisang berlakban itu akhirnya dicopot dari pameran pada Ahad (8/12). Pencopotan pisang adalah permintaan dari penyelenggara Art Basel.

"Karya 'Comedian' Maurizio Cattelan 2019 tidak lagi bisa dilihat," ujar juru bicara Art Basel dikutip dari New York Post. "Kerumunan sekitar instalasi menimbulkan risiko serius ke kesehatan dan keamanan, termasuk isu akses. Sehingga pekerjaan itu harus dicopot."

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement