Selasa 12 Nov 2019 21:30 WIB

Indeks Keluarga Sehat Indonesia Masih Rendah

Rendahnya indeks keluarga sehat di Indonesia dipengaruhi oleh faktor genetik.

Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Keluarga Sehat.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Keluarga Sehat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo Nila Moeloek mengatakan indeks keluarga sehat di Tanah Air masih rendah. Nilai indeks keluarga sehat Indonesia hanya sekitar 18 persen dari total jumlah penduduk.

"Dari pendataan yang kami buat, angka keluarga sehat masih rendah. Hal ini berarti yang tahu soal kesehatan itu hanya 18 persen," kata dia pada kegiatan Generasi Sehat untuk Indonesia Unggul di Jakarta, Selasa (12/11).

Baca Juga

Secara umum, ia menilai tingkat kesadaran atau kepedulian masyarakat terhadap kesehatan masih tergolong minim sehingga perlu upaya peningkatan untuk hal tersebut. Termasuk pula perilaku kebersihan dan kepedulian masyarakat yang rendah di sisi lingkungan mempengaruhi pola kesehatan hidup mereka.

Sebagai contoh ialah kasus ribuan babi mati di Sumatera Utara (Sumut) akibat virus hog cholera atau kolera babi. Pada kasus itu sebagian masyarakat justru membuang bangkai babi ke sungai. Padahal, ujarnya, tindakan membuang bangkai babi ke sungai tersebut tidak hanya mencemari lingkungan namun juga merupakan ancaman kesehatan masyarakat setempat.

"Kita kan pakai air sungainya, mereka tidak sadar dengan hal itu. Seharusnya bangkai babi itu dikubur sehingga jauh lebih aman untuk lingkungan dan kesehatan," katanya.

Kemudian, masih rendahnya indeks keluarga sehat di Indonesia juga dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan sekitar 10 persen. "Kita mau mencoba untuk mengubah perilaku lingkungan masyarakat. Karena back up kesehatan itu hanya 20 hingga 30 persen," katanya.

Ia menambahkan pada 2013 angka stunting mencapai 37,2 persen. Artinya empat dari 10 anak Indonesia memiliki intelligence quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual di bawah rata-rata.

Berdasarkan data tersebut, Nila menilai Indonesia menghadapi 40 persen orang yang tidak bisa berpikir lebih jauh. "Tugas kita berat sekali walaupun angka stunting sekarang sudah turun menjadi 27 persen, namun itu masih tinggi karena WHO minta di bawah 20 persen," ujar dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement