Ahad 22 Sep 2019 04:10 WIB

Kapan Mau Belajar dari India?

Anggaran Rp 2 triliun bisa membuat misi ke bulan.

Dwi Murdaningsih
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dwi Murdaningsih*

India baru saja gagal 'menyentuh' bulan. Pekan lalu, Organisasi Penelitian Antariksa India (ISRO) kehilangan kontak dengan wahana  antariksanya dalam misi Chandrayaan-2 yang mencoba mendarat di bulan.

Insiden tersebut memaksa India menahan ambisi mereka untuk menjadi negara pertama yang mendarat di kutub selatan bulan. Jika pendaratan ini berhasil, India akan menyusul Amerika Serikat (AS), Rusia dan China yang sudah lebih dulu 'sampai' di Bulan.

Perdana Menteri India Narendra Modi mengapresiasi dan terus menyemangati para ilmuwan. Kepada para ilmuwan di India, saya juga ingin berucap: Jangan menyerah!

Dia mengapresiasi ilmuwan sudah memberikan yang terbaik di proyek senilai 150 juta dolar AS ini. Ya, proyek ini diklaim hanya menelan dana Rp 2 triliun. Dua triliun ternyata bisa digunakan untuk 'tiket perjalanan ke bulan'.

Dunia sudah memperingati 50 tahun pendaratan manusia di bulan lewat misi Apollo. Wahana antariksa Cina Chang'e-4 berhasil mendarat di sisi jauh bulan tahun ini. Pada bulan April lalu Israel mencoba ke bulan tapi tidak berhasil.

Meski belum berhasil, penulis sungguh kagum dengan tekad India untuk bisa mengeksplorasi bulan. Pemerintah India menaruh perhatian yang cukup besar di bidang teknologi.

Bulan lalu, Bloomberg merilis survei yang dilakukan terhadap dua ribu profesional di 20 wilayah. Mayoritas responden memperkirakan China dan India bakal menjadi pusat inovasi teknologi dunia pada 2035.

Orang-orang India kini sudah banyak menjadi bos-bos perusahaan teknologi di Amerika Serikat. Wajah-wajah India juga sudah sering muncul dalam berbagai film science besutan Hollywood.

Pemerintah India berkeyakinan kemajuan teknologi bisa membawa kebanggaan bagi masyarakatnya. Tentu bukan sekadar kebanggan. Dengan teknologi bisa mengangkat India menjadi negara yang 'lebih baik'. Menurut hemat penulis, angka kemiskinan bisa turun lebih cepat dengan kemajuan teknologi.

Saat ini India bisa dibilang adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk miskin yang cukup tinggi.  Pada tahun 2018, ada 800 juta warga India dengan katagori miskin. Ketimpangan di India, jangan ditanya lagi. Masyarakat India masih hidup dengan kasta.

Misi boleh gagal. Tapi India seprtinya tidak akan menyerah. Pada misi selanjutnya, India akan bekerja sama dengan Badan Eskplorasi Antariksa Jepang (JAXA). Nantinya, misi ISRO-JAXA sepertinya akan diimplementasikan pada 2024.

Badan Antariksa AS (NASA) mengungkapkan program Chandrayaan-2 mampu menginspirasi banyak orang di dunia karena pertualangan dan kesempatan masa depan untuk mengeksplorasi antariksa bersama-sama. Pejabat AS mengungkapkan langkah ISRO tersebut sebagai upaya yang luar biasa.

"Itu merupakan misi besar dan maju bagi India. Misi itu harus dilanjutkan untuk menghasilkan data bernilai untuk menguatkan perkembangan ilmiah," kata pejabat tersebut.

Sementara itu, di Indonesia, kini digadang-gadang segera memasuki era industri 4.0. Start-up di bidang teknologi pun sudah banyak bermunculan. Perlahan tapi pasti ekosistem-ekosistem digital mulai dibangun.

Di sisi lain, kita tentu tidak lupa bagaimana Planetarium Jakarta terpaksa harus tidak beroperasi karena alat-alatnya yang tidak kunjung diganti. Hal-hal begini juga perlu mendapat perhatian pemerintah.

Sebab, dari hal-hal itulah diharapkan bisa menumbuhkan rasa cinta kepada ilmu pengetahuan. Dukungan riset perlu lebih diperhatikan oleh pemerintah.

Dengan dukungan yang baik, eskositem yang baik, semoga muncul  generasi-generasi yang cinta ilmu dan kelak menghidupkan Indonesia dengan teknologi. Dan tentu, semoga suatu hari nanti, Indonesia juga bisa membawa misi ke Bulan!.

*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement