Jumat 19 Jul 2019 16:49 WIB

Lampu Badai Produksi Solo Laris Hingga Mancanegara

Lampu badai yang diproduksi pengrajin Solo sampai ke Jepang, Korea, dan Australia.

Red: Nur Aini
Lampu badai, ilustrasi
Foto: tokopedia
Lampu badai, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Lampu badai produksi Fairus Artdi Kelurahan Joyosudiran Kecamatan Pasar Kliwon Solo, selain untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal juga melayani pesanan dari mancanegara.

Pengrajin lampau badai, Fairus Ba'sir (45 tahun) warga RT O3 RW 11 Joyosudiran Pasar KliwonSolo, mengatakan bahwa lampu badai buatannya yang unik dan indah itu banyak pelanggannya baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Menurut Fairus, hasil produksinya selain melayani pelanggan pasar lokal seperti Solo dan Bali, juga pernah melayani pesanan 200 buah untuk Asian Games 2018.

Baca Juga

Bahkan, lampu badai buatannya juga sudah sampai ke Jepang, Korea, dan Australia. Lampu badai tersebut sudah sebanyak dua kali melayani pesanan dari Australia, dan setiap pesanan hingga 200 buah.

Fairus mengatakan bersama suaminya menekuni kerajinan melukis dengan cat lampu badai tersebut sejak 2016 hingga sekarang. Fairus juga mengaku dengan memafaatkan lampu badai bekas kemudian dilukis dan dicat sehingga warna terlihat indah dan cantik.

Lampu badai tersebut, kata dia, dari bahan bekas yang sudah jelek dan rusak, kemudian dicuci bersih dan diamplas terlebih dahulu baru dicat. Lampu badai yang sudah dicat setelah kering baru dilukis motif bunga.

"Saya sendiri yang mengerjakan hiasan lukisnya, sedangkan suami saya yang membantu mengecat," katanya.

Menurut dia, untuk membuat lampu badai buatannya menjadi unik, indah, dan cantik dengan hanya dua orang tenaga itu, mampu menyelesaikan 200 buah hingga 250 buah per bulan.

Setiap lampu badai tersebut, kata dia, mempunyai harga yang bervariasi tergantung ukuranya. Harga lampu badai yang kecil dijual sekitar Rp 100 ribu per buah sedangkan yang besar bisa mencapai Rp 150 ribu per buah. Menyinggung kendala yang dihadapi dalam membuat lampu badai, dia mengatakan lampu badai bekas sekarang sulit dicari, sehingga dapat menghambat pesanan dari pelanggan.

Menurut dia, dari hasil kerajinan melukis dan mengecat lampu badai antik tersebut rata-rata omzetnya mencapai sekitar Rp 15 juta per dua bulan.

"Saya selain membuat kerajinan lampu badai juga lampu petromak, dan kaleng makanan. Pesanan hasil kerajinan rata-rata per bulan masih cukup stabil," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement