Selasa 09 Jul 2019 17:16 WIB

Bawang Lembah Palu Masih Jadi Unggulan Sektor Hortikultura

Bawang Lembah Palu menjadi bahan baku bawang goreng oleh-oleh khas Palu.

Pelaku usaha kecil berbasis digital (e-digital) memasukkan bawang goreng dalam kemasan yang dipasarkan secara daring di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (13/7).
Foto: Antara/Basri Marzuki
Pelaku usaha kecil berbasis digital (e-digital) memasukkan bawang goreng dalam kemasan yang dipasarkan secara daring di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (13/7).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Para petani bawang di Kota Palu, Sulawesi Tengah terus mempertahankan bawang varietas Lembah Palu sebagai komoditas unggulan sektor hortikultura. Kepala Bidang Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Palu Laila mengatakan, varietas bawang Lembah Palu sudah cukup terkenal kualitasnya sebagai bahan baku bawang goreng yang dimanfaatkan untuk oleh-oleh khas daerah.

Guna mempertahankan kualitas, pemerintah setempat mendukung dengan bantuan anggaran daerah. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian tahun 2011 bahkan telah melepas varietas lembah Palu sebagai unggulan dan diakui secara nasional.

"Pengembangan komoditas bawang lebih fokus pengembangan varietas lembah Palu yang didukung melalui APBD Kota Palu, sedangkan pengembangan bawang merah dibantu melalui APBN, " ujar Laila di Palu, Selasa.

Laila menjelaskan, varietas unggulan sudah menjadi ketentuan untuk mendukung pengembangan sektor pertanian guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Saat ini, luas lahan pertanian bawang yang produktif di daerah itu sekitar 200 hektare tersebar di sejumlah wilayah sentra sudah termasuk lahan kelompok penangkar benih varietas unggul.

"Melalui kelompok penangkar, benih varietas lembah Palu selalu tersedia saat memasuki musim tanam sebagai upaya memenuhi kebutuhan petani dalam mengembangkan produksinya," katanya.

Menurut Laila, petani setempat selalu mengedepankan kualitas dan kuantitas produksi demi menjaga mutu bahan baku bawang goreng tersebut. Sekali panen, petani mampu memproduksi empat sampai lima ton bawang dan itu berlangsung selama masa panen.

"Masa tanam varietas lembah palu bervariasi kalau konsumsinya untuk bahan baku bawang goreng membutuhkan waktu 60 sampai 65 hari baru bisa panen, sedangkan kalau dimanfaatkan untuk benih prosesnya membutuhkan waktu sekitar 70 hari, " ujar Laila.

Menurut Laila, varietas lokal tersebut memiliki kelemahan dari sisi ketahanan fisik yang hanya mampu bertahan satu bulan dari masa dormansi atau pascapanen sampai siap tanam. Hal itu berbeda dengan bawang merah biasa yang mampu bertahan hingga lima bulan.

Jika melebihi masa dormansi, bawang lembah Palu akan rusak karena kelebihan kadar air dan tidak bisa digunakan baik untuk benih maupun bahan baku.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement