Senin 10 Jun 2019 04:57 WIB

Teknologi Penentu Perang: Belajar pada Kisah Senapan Mesin

Jepang kalah perang berkat temuan teknologi senapan mesin baru AS yang portable.

Pasukan tentara sekutu dengan senapan mesin portablenya.
Foto: Benny Ohorella
Pasukan tentara sekutu dengan senapan mesin portablenya.

Oleh: Beny Ohorella, Penulis dan Pemerhati Sejarah

Senapan mesin berat Tipe 92 (sebagaimana pesawat tempur kondang Mitsubishi Zero angka 92 diambil dari tahun Jepang) adalah salah satu senjata berat andalan bala tentara Kekaisaran Jepang. Dengan peluru kaliber 7,7mm, mampu menembakkan 500 peluru/menit dengan jarak efektif sektiar 800m, dan bobot yang berat membuat bidikannya akurat (karena hentakan recoil tidak membuatnya terguncang). Senapan mesin Tipe 92 ini mampu mengkonsentrasikan semburan peluru secara akurat.

Penggunaanya pada hampir semua aksi pertempuran balan tentara Jepang membuat senapan mesin ini pun mendapat tempat di kuil legendaris Jepang untuk mereka yang gugur dalam perang terutama yang berperang untuk kejayaan negara Jepang, Kuil Yasukuni.

photo
Senapan mesin tipe 92 yang tersimpan di kuil Yasukuni Jepang.

Sebagaimana berbagai peralatan militer Jepang di awal Perang Dunia ke-2, senapan mesin ini menjadi momok bagi pasukan Sekutu. Termasuk ketika balatentara Jepang menyerbu Hindia Belanda dan menghabisi KNIL maupun pasukan gabungan Sekutu yang mencoba mempertahankan wilayah ini.

Tapi kemampun industri Sekutu akhirnya memberikan jawaban atas keunggulan senapan mesin Tipe 92 ini, yaitu senapan mesin Browning M1919A4. Browning 1919A4 memang hanya dikategorikan sebagai senapan mesin menengah, tapi fitur yang dimiliki menjadikannya secara efektif mengalahkan Tipe 92.

Pertama, bobot Browning 1919A4 sangat ringan, hanya 14 kg, bandingkan dengan Tipe 92 yang mencapai lebih dari 50 kg. Senapan mesin Browning memang dipakai dengan taktik gerak cepat sedangkan Tipe 92 dipakai dengan taktik benteng/bunker yang statis.

Maka, begitu pasukan Amerika mendapat serangan tembakan senapan mesin Tipe 92, maka tim senapan mesin akan segera berlari menghindar dan mengambil posisi untuk menyerang balik ke arah sumber tembakan tadi. Bobot Tipe 92 yang berat, membuat kecil kemungkinan ketika tim penembak Browning 1919A4 mendapat posisi baru, tim penembak Tipe 92 sudah berubah posisi.

photo
Senapan mesin Browing 1919 dengan ban 250 peluru

Kedua, jangkauan tembakan Browning 1919A4 juga dua kali lipat lebih jauh. Dan terakhir, pengumpan peluru berbentuk sabuk (Tipe 92 berbentuk lembaran pendek), membuat Browning 1919A4 memiliki masa tembak yang jauh lama dibandingkan Tipe 92 sebelum harus mengisi ulang. Hotchkiss-type metal strip dari Tipe 92 cuma berisi 30 peluru setiap lembarnya, jika ditembakannya secara kontinyu (dengan kemampuan Tipe 92 menembakkan 500 peluru/menit) maka Tipe 92 harus mengisi ulang setiap 3 - 4 detik.

photo
Senapan mesin Metal Strip peluru Tipe 92 yang hanya berisi 30 peluru

Sedangkan sabuk peluru Browning 1919 rata-rata berisi 200 sampai 250 peluru, dengan kemampuan menembak yang sama yaitu 500 peluru/menit maka Browning 1919 mampu menembak terus-menerus selama 30 detik sebelum harus mengisi ulang.

Akibat teknologi ini, perlahan tapi pasti, pasukan Amerika yang membawa Browning 1919A4 memenangkan hampir semua pertempuran darat di seantero pulau-pulau Pasifik. Akurasi Tipe 92, akhirnya kalah oleh jauhnya jangkauan tembak, gerak cepat perpindahan posisi dan hujanan peluru yang lebih lama dari Browning 1919A4.

Pelajarannya siapa yang punya teknologi senjata lebih baru lebih berpeluang memangkan perang!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement