Ahad 12 May 2019 03:28 WIB

Juara Liga Inggris: Pilih City atau Liverpool?

Ibarat lari jarak jauh, Liverpool dan City konstan menjaga kecepatan.

Israr Itah
Foto: Republika/Kurnia Fakhrini
Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Israr Itah*

Perjalanan semusim Liga Primer Inggris musim 2018/2019 yang sarat bumbui drama menegangkan dalam dua bulan terakhir akan pungkas pada Ahad (12/5) ini. Sorotan penggemar sepak bola Inggris dari seluruh dunia akan tertuju ke dua stadion, Anfield di Liverpool dan Amex di Brighton. Semua tak sabar menanti akhir cerita, siapa yang akan meraih mahkota juara liga? Liverpool atau Manchester City?

Ibarat lari jarak jauh, Liverpool dan City konstan menjaga kecepatan dan terkadang berakselerasi lincah. Di saat para pesaing mulai tercecer mendekati garis finis, dua tim dari kota bertetangga yang dulu tak akur akibat persoalan pelabuhan, masih terus bersaing ketat. Bahkan, keduanya saling bergantian mengudeta posisi puncak hingga menuju pekan ke-38.

Saat ini, City di atas angin. Dengan nilai 95 dan unggul satu poin dari Liverpool, the Citizens bisa memastikan trofi juara jika mampu menaklukkan Brighton and Hove Albion di Stadion Amex.

Andai pertemuan ini satu atau dua pekan lalu, mungkin situasinya akan berbeda. Brighton sebelumnya berjuang untuk terhindar dari degradasi. Tapi sekarang, the Seagulls sudah aman. Apa pun hasil laga kontra City, Brighton akan kembali mentas di Liga Primer Inggris musim depan.

Ini membuat beban City semakin mudah. Apalagi dari tiga pertemuan sebelumnya di Liga Primer, City menyapu bersih dengan kemenangan, termasuk satu laga di markas Brighton. Alhasil, fan Liverpool hanya berharap tim asuhan Chris Hughton ini setidaknya punya motivasi menghibur penggemarnya di kandang dengan kemenangan pada penutup musim.

Pada saat yang sama di Anfield, Liverpool harus menaklukkan tim promosi yang tampil brilian musim ini, Wolverhampton Wanderers. Tim asuhan Nuno Espirito Santo yang sudah pasti finis di posisi tujuh terlepas hasil laga kontra Liverpool, telah menaklukkan empat tim di atasnya musim ini. Chelsea, Tottenham Hotspur, Arsenal, dan Manchester United merasakan keuletan para pemain Wolves. 

Kedua tim sebelumnya enam kali bertemu pada laga penutup musim, di mana Liverpool menang lima kali. Ditambah motivasi untuk mengakhiri puasa gelar juara liga hampir tiga dekade, Liverpool kemungkinan bisa memetik tiga poin. Masalahnya, the Reds juga harus berharap Brighton bisa menahan City.

Situasi makin pelik andai Liverpool cuma bisa bermain imbang. Skuat asuhan Juergen Klopp butuh Brighton menaklukkan City, sesuatu yang amat berat terjadi.

Ada satu skenario lagi yang makin nyaris mustahil, tapi secara matematis bisa terjadi. Brighton menaklukkan City 4-0, sementara Liverpool bermain imbang 4-4 melawan Wolves. Kalau ini terjadi, Liverpool dan City akan mengoleksi poin akhir, selisih gol, serta catatan memasukkan dan kemasukan gol yang sama. Itu artinya, untuk kali pertama dalam sejarah, akan ada play-off di tempat netral untuk menentukan gelar juara. 

Buat saya, skenario terakhir ini tampaknya akan sulit terwujud. Jadi mari berharap hitung-hitungan lain yang lebih masuk akal, namun tetap bisa menghadirkan drama. Misal, Liverpool di ambang kemenangan di Anfield, namun City belum juga mencetak gol hingga mendekati waktu normal berakhir. Tapi saat pertandingan hampir berakhir, Sergio Aguero menjadi pahlawan dengan menjebol gawang Brighton pada injury time. Anggap saja ulangan gol ia lakukan pada 13 Mei 2012 lalu. L'histoire est repeate, kata orang Prancis. Bukankah, sejarah selalu berulang?

Tujuh tahun lalu, City memastikan gelar juara liga musim 2011/2012 pada pertandingan terakhir setelah mengalahkan Queens Park Rangers 3-2. Gol telat Aguero menjadikan poin City dan Manchester United sama-sama 89, namun the Citizens berhak menjadi juara karena unggul selisih gol. Kalau bukan Aguero, bisa Raheem Sterling, Kevin De Bruyne, atau...gol bunuh diri pemain Brighton! Akan dramatis bagi pendukung City dan menyesakkan bagi fan Liverpool.

Anda boleh-boleh saja merancang skenario sendiri. Fan Liverpool tentunya berharap timnya yang akan meraih mahkota, seperti halnya penggemar City. Yang pasti, penggemar kedua klub menolak drama yang akan membuat mereka berlinang air mata duka seperti yang saya tulis di atas. Seperti fan Barcelona saat melihat timnya tersingkir setelah dipermak Liverpool 4-0 pada leg kedua semifinal Liga Champions. Atau pendukung Ajax yang menitikkan air mata setelah gol injury time Lucas Moura membuat tim kesayangan mereka disingkirkan Tottenham Hotspur.

Apapun hasilnya, kedua tim ini pantas mendapatkan pujian dengan performa hebat nan konsisten mereka musim ini. Kredit lebih layak diberikan kepada Liverpool. Meskipun punya skuat yang cukup dalam, tapi Liverpool masih kalah mewah dari City, yang membeli Riyad Mahrez dari Leicester pada musim panas lalu hanya untuk menjadi ban serep.

Permainan agresif Liverpool membuat para pemainnya bertumbangan didera cedera, namun Klopp tetap mampu meracik tim yang kompetitif hingga akhir musim dengan semangat juang prima. Para pemain yang masuk pada musim panas lalu menunjukkan mereka bisa berkontribusi maksimal, terutama pada paruh kedua musim. Buktinya hingga pekan terakhir, the Reds masih berpeluang meraih dua trofi juara bergengsi, Liga Primer Inggris dan Liga Champions.

City punya peluang sangat besar untuk menyegel gelar. Skuat berharga Rp 20 triliun yang diasuh Pep Guardiola punya semua yang dibutuhkan untuk memetik kemenangan. The Citizens bisa tampil lengkap dengan kembalinya Kevin De Bruyne. Tanpa De Bruyne saat melawan Leicester City akhir pekan lalu, City sedikit kehilangan sosok yang mampu menghadirkan operan-operan ajaib memecah kebuntuan di pertahanan lawan. Untungnya, City masih bisa menyegel kemenangan dengan gol bek sekaligus kapten tim Vincent Kompany.

Sementara Liverpool baru saja bertarung habis-habisan di Liga Champions. Kemungkinan skuat yang dimainkan bakal didera kekelahan setelah melakoni jadwal padat yang menguras ketangguhan fisik dan emosi.

Sebagian pemain tidak dalam kondisi 100 persen meskipun bisa diturunkan melawan Wolves karena baru pulih dari cedera. Andai bisa menang atas Wolves pun, Liverpool harus menunggu bantuan Brighton.

Jadi, dengan sejumlah alasan dia atas, saya menjagokan City akan mempertahankan gelar juara yang mereka dapatkan musim lalu. Liverpool mungkin bisa mengobati kekecewaan dengan berjaya di Liga Champions, awal bulan depan. Kalau Anda pilih siapa?

*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement