Rabu 03 Apr 2019 05:01 WIB

Di Malam Isra'Mi'raj Salahudin Memasuki Baitul Maqdis

Di Malam Isra'Mi'raj Salahudin Memasuki Baitul Maqdis

Pintu gerbang Al Quds.
Foto: Uttiek M Panji Astuti
Pintu gerbang Al Quds.

Oleh: Uttiek M Panji Astuti, Traveler dan Penulis Buku

Dalam penanggalan hijriah, hari kemarin adalah 26 Rajab 1440 H. Tepat di malam Isra’ Mi’raj, 912 tahun lalu, Sang Pahlawan Shalahuddin Al Ayyubi beserta pasukannya memasuki gerbang Al Quds yang berhasil dibebaskannya.

Derap suara kuda dan gemuruh takbir bersahut-sahutan memekikkan syukur atas kemenangan yang sudah dinanti-nanti selama 90 tahun. Sejak Baitul Maqdis jatuh ke tangan pasukan Salib.

Tak terhitung berapa ribu darah syuhada tertumpah untuk mengembalikan tempat yang pernah menjadi kiblat pertama umat Islam ini.

Sang Pahlawan dengan segala ketawadhu’annya melangkah menuju Baitul Maqdis yang sudah sangat dirindukan.

Tidak ada perasaan jemawa. Karena ia yakin, kemenangan itu telah digariskan Sang Maha Segalanya. Ia hanya menjalankan takdirnya sebagai pembebas Al Quds.

Perjuangan panjang untuk membebaskan tempat suci ini sudah dimulai sejak Immaduddin, Nuruddin, dan baru berhasil di masa Shalahuddin.

Tidak ada faktor tunggal. Bukan semata karena kehebatan pasukannya. Atau karena kejeniusannya mengatur strategi perang.

Namun selama hampir satu abad, sebuah generasi baru telah berhasil dilahirkan. Generasi yang sadar akan tanggung jawabnya untuk membebaskan Al Quds.

Shalahuddin memerintahkan pasukannya untuk membersihkan Baitul Maqdis yang semasa pendudukan pasukan salib digunakan sebagai istana sekaligus pusat komando Perang Salib.

Patung-patung, salib, gambar, dan simbol-simbol kekufuran lainnya ditanggalkan. Puluhan babi yang dipelihara di lingkungan Al Aqsa disingkirkan.

Untuk pertama kalinya, setelah hampir satu abad, adzan kembali berkumandang dari Masjidil Aqsa. Dari tempat di mana Rasulullah SAW mi’raj untuk menjemput perintah shalat.

Allahu Akbar!

Pasukan Shalahuddin yang begitu perkasa di medan jihad, luruh dalam keharuan manakala mendengar seruan, “… Hayya 'alash sholah… Hayya 'alal falah –Marilah kita shalat. Marilah meraih kemenangan-“

Semua segera membenamkan sujud syukurnya dalam-dalam. Termasuk Sang Panglima yang masih kelelahan akibat staminanya terkuras habis di detik-detik terakhir menjelang kemenangan.

Shalahuddin lalu menunjuk Qadi Muhyiddin bin Zaki ad-Din untuk mengimami shalat dan menyampaikan khutbah yang diawali dengan QS Al An’am 45: “Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

Di antara isi khutbahnya yang terkenal, “Wahai segenap manusia, berbahagialah dengan ridha Allah yang merupakan tujuan utama. Dia telah memudahkan untuk mengambalikan Al Aqsa yang sirna. Ini adalah Tanah Air bapak kalian, Ibrahim AS dan lokasi Mi’raj Muhammad SAW, serta kiblat pertama kalian. Di sinilah Rasulullah SAW shalat dengan para malaikat.

Kalian telah mengembalikan kejayaan Qadisiyah, peristiwa Yarmuk, Khaibar, untuk Islam. Allah akan membalas jasa dan segala daya upaya yang kalian kerahkan untuk melawan musuh. Allah akan menerima darah para syuhada dan menggantinya dengan surga kelak…”

Shalahuddin lalu menempatkan mimbar yang telah dipersiapkan oleh penduhulunya Nuruddin Zanki bila Baitul Maqdis berhasil dibebaskan.

Mimbar itu ada dua. Yang satu ditempatkan di Masjidil Aqsa. Mimbar yang ini aslinya sudah tidak ada lagi sekarang. Karena dibakar oleh Yahudi yang mengakibatkan kebakaran di dalam Masjidil Aqsa pada 21 Agustus 1969.

Peristiwa pembakaran ini mendorong berdirinya Organisasi Kerjasama Islam (OKI) pada 29 September 1969.

Mimbar kedua diletakkan di Masjid Ibrahimi di Al Khalili (Hebron), yang sampai sekarang masih berdiri tegak di samping mihrab imam.

Tahun 2012, delapan ratus dua puluh lima tahun kemudian, saya masih sangat bangga saat menyaksikannya sewaktu berkesempatan shalat di Masjid Ibrahimi di Al Khalili (Hebron).

Lambang bulan sabit di atas mimbar yang merupakan panji-panji pasukan Shalahuddin mengingatkan saya pada kisah yang selalu diceritakan Papi sebagai pengantar tidur.

Tentang kehebatan pasukan Shalahuddin. Keberanian para syuhada. Kebaikan hatinya yang mengutus dokter pribadinya untuk King Richard yang sedang sakit. Tentang sebuah generasi yang berhasil dididik untuk berjuang di jalanNya.

Hari ini 26 Rajab, mari bersama-sama kita teguhkan hati. Rapatkan barisan seperti rapatnya shaf shalat. SemogaAllah ridhai kita menjadi the next generation of Shalahuddin Al Ayyubi.

Seperti ayat yang dibacakan dalam penutupan khutbah kemenangan itu. “Kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS al-Anfal [8]: 10).

Follow me on IG @uttiek.herlambang

Tulisan dan foto-foto ini telah dipublikasikan di www.uttiek.blogspot.com dan akun media sosial @uttiek_mpanjiastuti

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement