Sabtu 23 Mar 2019 18:13 WIB

TGB: Allah SWT tak Suka Hambanya Larut dalam Debat

Ukuran seorang beriman itu bukan dari kata-katanya, tapi dari amal perbuatan.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Teguh Firmansyah
Tuan Guru Bajang Zainul Majdi di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (31/1).
Foto: Republika/Arif Satrio Nugroho
Tuan Guru Bajang Zainul Majdi di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (31/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Muhammad Zainul Majdi menjelaskan, Allah SWT tidak senang ada di antara hambanya larut dalam suatu  perdebatan. Sekalipun yang diperdebatkan itu merupakan suatu hal penting dan subtansial.

Menurutnya, ketidaksukaan Allah SWT terhadap perdebatan misalnya saat berebut masalah arah kiblat. Padahal, kata Zainul, perdebatan masalah kiblat itu sangat penting sehingga harus dimenang.

Baca Juga

"Masalah kiblat ini sangat penting, tapi Allah tidak suka umat Islam itu larut dalam perdebatan," kata Muhammad Zainul Majdi saat menyampaikan Tablig Akbar dengan tema "Membongkar Batas Imajiner Umat" di Gd Manggala Wanabakti, Sabtu (23/3).

Pria yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) ini mengatakan, meski perdebatan masalah kiblat antar umat Islam, Nasrani dan Yahudi itu ini terlihat penting, tapi sebenarnya kalau waktu dihabiskan di dalam suatu perdebatan itu maka Allah SWT tidak menghendakinya.

"Maka akan habis energi untuk mengerjakan sesuatu yang lebih baik dan manfaatnya lebih besar," ujarnya.

TGB menceritakan, dalam perisitiwa perdebatan arah kiblat itu semua ahli kitab Islam, Yahudi dan Nasrani saling mengklaim jika kitabnya merupakan paling benar dan harus menjadikan rujukan.  Untuk memutuskan perdebatan itulah maka Allah menegur para ahlul  (pemilik kitab suci) jangan saling mengklaim bahwa kitab yang dimilikinya benar.

"Justru yang turun teguran. Bukan dengan klaim dan peryataan-pernyataanmu maka kamu bisa menjadi orang yang lebih baik di sisi Allah," katanya.

Menurut TGB janganlah para ahlul kitab mengaku cinta injil, taurat dan Alquran lalu merasa lebih baik. Lebih baik, ketika semua pemilik kitab suci itu benar menjadi manusia yang lebih baik.

TGB menyampaikan, ukuran seorang yang beriman itu  bukan dari kata-katanya, akan tetapi dari amal perbuatannya yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. "Yang ingin saya ajak merenung, bahwa dalam tuntutan Rasulullah SAW kita diajak untuk menyelami subtansi. Kita diajak untuk menghadirkan sesuatu yang nyata dan membawa manfaat," katanya.

TGB berharap umat Islam jangan hanya pandai beretorika dengan mengatakan sebagai "khairu ummah" tapi tidak melakukan yang tebaik bagi agama nusa dan bangsa.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement