Kamis 21 Mar 2019 07:07 WIB

Jangan Makan Riba, Berat, Kamu Gak akan Kuat!

Allah mengancam mereka yang terlibat riba tidak akan mampu berdiri.

Bunga Bank  (ilustrasi)
Bunga Bank (ilustrasi)

Oleh: Ratna Komalasari*

Kamu mungkin sudah bosan membaca artikel, penjelasan, stop motion atau berbagai konten kreatif yang mencoba menjelaskan bagaimana riba diharamkan. Tentunya konten-konten tersebut sangat memudahkan untuk menjelaskan bagaimana riba diharamkan dari sudut pandang Islam. Bagaimana landasan syariah berupa ayat-ayat Alquran, tahap-tahapan pengharaman riba, jenis-jenis riba, penjelasan riba yang berbeda dengan margin dan seterusnya.

Bukan bermaksud untuk menghentikan tersebarnya konten-konten semacam itu, tetapi sering kali kebaikan-kebaikan yang ingin disebarkan melewatkan sudut pandang yang sangat penting dari sekedar mengharamkan dan ujung-ujungnya hanya kampanye untuk meninggalkan produk-produk keuangan konvensional. Jika konsep bagaimana pemahaman tentang zalim dan tidak masuk akalnya riba terlewatkan, tentu tidak heran jika umat Islam sendiri memiliki minat yang rendah untuk beralih ke produk-produk keuangan syariah. Selain itu, dengan tidak dimunculkannya pemahaman akan konsep dasar dari riba khawatir akan muncul celah apabila riba sendiri dimodifikasi agar terlihat lebih modern.

Untuk memahamkan tentang riba, mungkin akan lebih mudah jika memulainya dari bagaimana terlahirnya uang lewat cerita berikut ini. Pada sebuah pulau kecil diisi oleh 10 orang yang bekerja dengan keahliannya masing-masing. Ada yang beternak sehingga memiliki banyak sapi, kambing dan ayam. Kemudian ada yang bertani sehingga memiliki padi, sayuran dan buah-buahan. Biasanya dalam pulau ini penduduk melakukan barter ketika membutuhkan benda lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Kemudian, pada suatu hari datang seorang pria yang menawarkan ide untuk menggunakan uang kertas buatannya. Dengan dalih bagaimana mungkin kamu menukar seekor sapi dengan sekarung padi? Yang ingin dikatakan pria ini adalah bagaimana mungkin menukar hal yang tidak senilai.

Pria tersebut kemudian membuat 100 lembar uang kertas dan akan ‘meminjamkan’ kepada penduduk di sana untuk digunakan ketika bertransaksi. Caranya, penduduk yang ingin meminjam uang kertas kepada pria ini dapat menukarkannya dengan aset-aset yang dimiliki seperti hasil bertani dan beternak.

Kemudian ada satu syarat yang harus dipenuhi. Yaitu setiap orang yang diberi pinjaman harus menambah satu lembar uang kertas ketika akan dikembalikan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement