Sabtu 09 Mar 2019 10:35 WIB

Jangan Bermain-main dengan Impian

Pendaftaran UTBK SBMPTN 2019 membuat frustasi para generasi muda.

Asma Nadia
Foto: Republika/Daan
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asma Nadia

Adakah yang bermain dengan mimpi orang lain? Sekilas rasanya mustahil. Akan tetapi, ternyata sebagian besar kita pernah melakukan, bahkan mungkin terlibat secara keseharian dalam 'bermain-main' dengan impian.

Lontaran berikut misalnya, "Kamu tidak berbakat!"

"Buang saja mimpi itu, percuma!"

"Pasti nggak bakal bisa..."

"Ah, gitu aja cemen!"

merupakan cara mudah mengandaskan keinginan, harapan, dan cita seseorang.

Berapa banyak di antara kita, orang tua, guru, kerabat, teman, pemimpin, pemerintah, swasta, aparat, pekerja dari berbagai profesi, yang bisa saja tanpa disadari menjadi dream crusher atau penghancur impian, khususnya bagi anak dan generasi muda Sebagaimana kita punya peranan penting menghantarkan mereka mencapai cita-cita, kita pun memegang porsi besar dalam 'bermain-main' dengan masa depan generasi muda.

Uniknya, sebagian kita melakukannya biasa saja, mungkin tidak tebersit seberapa parah efek yang ditimbulkan. Salah satu contoh yang paling anyar adalah terkait pendaftaran UTBK SBMPTN 2019. Dilihat dari namanya tentu sangat menjanjikan, Ujian Tulis Berbasis Komputer.

Sementara komputer identik dengan cepat, mudah, praktis. Sayang, kenyataan yang dialami anak-anak kita jauh lebih membuat frustrasi daripada yang kita lalui saat mendaftar perguruan tinggi 20 tahun lalu sebelum penerapan internet.

Saya sendiri bahkan lupa bagaimana proses mendaftar perguruan tinggi pada masa lalu, saking sama sekali tidak ada trauma yang tersisa. Semua begitu mudah dan wajar.

Kebalikan dari situasi saat ini, ketika banyak anak didik harus melalui masa tertekan, stres selama berhari-hari hanya untuk melakukan pendaftaran. Saya sedang berjalan-jalan di ranah Twitter, ketika menemukan deret keluhan panjang dari para ananda yang mendaftar UTBK. Bahkan, hanya untuk log in sudah mati-matian. Keluhan yang sama juga saya temukan di Instagram.

"Gilaaa susah login #UTBK," ungkap @rizal32.

"Baru kali ini 'nunggu' sampe nangis #UTBK," cicitan @putrazaitun.

"Min, kenapa ya daftar UTBK tidak berhasil terus? Sudah berkali-kali ganti email tetep aja tidak bisa. Udah ganti-ganti HP sama laptop juga. Ganti-ganti provider, pake wifi juga sudah. Tetap saja tidak bisa." @SekreSBMPTN #UTBK #sbmptn2019.

Begitu isi cicitan @fathiman.

Setelah berjuang berjam-jam hanya untuk log in, masalah belum selesai. Ada data yang ternyata tidak bisa terkonfirmasi sekalipun sudah benar isiannya.

"Data & web utbk udah sama persis, tapi masih belum juga terdaftar. What should I do? Kalau mesti nunggu berhari-hari, ngeri kuota di kota terdekatnya habis." #UTBK, keluh @dibelwa.

"#UTBK padahal data sudah sama, dari NISN, NPSN, dan tempat tanggal lahir.

Tapi tetap tidak terbaca di biodata UTBK-nya. Tolong solusinya..." cicitan senada. Begitu beratnya pendaftaran UTBK, banyak yang kemudian sempat trauma.

"Padahal cuman ngisi data, tapi capeknya berasa kek lagi lari Kuningan-Cirebon #UTBK gagal total," ungkap @radasus.

"Kalo antre UTBK-nya secara fisik. Kaki gua udah letoy nih#UTBK," keluh @Michela_Sela.

"Ini mencari sesi kayak mencari jodoh ya, susah bener." #LTMPT #UTBK, cetus @MochammadFad.

"UTBK daftarnya kayak mau beranak. Susah," ungkap @diansa_ichaa.

Wajar, sebab mereka sudah bekerja keras untuk bisa masuk universitas, dan kuliah merupakan jalan yang dipilih untuk meraih masa depan. Akan tetapi, pintu gerbangnya adalah pendaftaran. Dan jika pendaftaran bermasalah, kerja keras serta impian mereka bisa terkubur.

Setelah semua selesai, anak-anak didik kita masih menghadapi masalah. "Cape-cape daftar, sukses, sudah transfer, malah kode bayarnya ganti, keselll akutuu" #LTMPT #UTBK #utbk2019 #sbmptn2019. @riismaa.

"Ada yang belum bayar tapi statusnya udah terbayar? Terus harus gimana iniii:'( #UTBK #SBMPTN #sbmptn2019 #pembayaran," tanya @ameliana.

Suara mereka mewakili hampir semua calon mahasiswa yang antusias mendaftar PTN. Lucunya, crash seperti ini ternyata terjadi berminggu sebelumnya ketika periode pendaftaran anak yang baru lulus SMA, dan kejadian sama terulang saat alumni mencoba mendaftar universitas.

Seharusnya, penyelenggara pasti belajar sesuatu. Bagaimana bisa berulang? Bukan sekadar kerepotan yang disebabkan, yang menjadi persoalan juga pengaruhnya terhadap mental dan semangat pemuda pemudi kita.

Beberapa siswa bahkan sampai tidak mau mendaftar lagi karena trauma berhari-hari memandangi halaman website yang selalu down. Syukurlah pada akhirnya, sebagian besar calon mahasiswa berhasil melewati masa-masa sulit pendaftaran, terlihat panitia penyelenggara bergerak cepat memperbaiki sistem.

"Setelah begadang 3 hari. Akhirnya aku bisa bobo dengan nyenyak. Terima kasih semuanya #utbk2019 #UTBK," ujar @Lala796.

Kerja keras penyelenggara UTBK tentu harus mendapatkan apresiasi, tetapi persoalan belum selesai, masih ada yang lebih penting, yakni ujian itu sendiri. Jika ujian ini bermasalah, penyelenggara tanpa sengaja bertanggung jawab terhadap impian yang disandarkan para siswa.

Saya yakin, tak ada yang ingin dengan sengaja melakukannya karena di antara penyelenggara pasti ada yang juga memiliki putra dan putri. Tapi berbagai pihak jelas harus terus melakukan evaluasi secara serius. Hal seperti ini tidak boleh lagi terulang karena kita pasti sepakat bahwa generasi muda, anak-anak kita bukan objek uji coba.

Masih tercekat sedih di hati saya membaca sebuah cicitan di Twitter, This is too hard for me. Saya tidak bisa lagi berhubungan dengan apa pun terkait UTBK. Selamat berjuang teman-teman, but this is not for me. Semoga hanya cicitan sesaat dan ananda tidak benar-benar menyerah.

Mari berhati-hati dengan impian generasi muda kita. Kawal UTBK nanti hingga tidak terjadi server down, atau masalah lain karena ketidaksiapan. Harapan generasi muda kita bertumpu di sana.

Semangat para pelajar. Semangat panitia UTBK.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement