Jumat 15 Feb 2019 15:17 WIB

In Memoriam Purnomo: Kisah Para Legenda di Lintasan Atletik

Purnomo adalah salah satu legenda lari di lintasan 100 M.

Purnomo Yudhi
Foto: foto: tangkapan layar youtube
Purnomo Yudhi

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Hari ini ada berita menghentak ketika terdengar kabar legenda lintasan lari 100 meter (m), Purnomo Mohammad Yudi, wafat. Tak disangka, anak dusun Lesmana Ajibarang pergi begitu cepat seperti kilat larinya di lintasan lomba lari 100 m.

Kini, yang terkenang memang hanya wajahnya yang sempat saya temui di Gedung DPR, beberapa waktu silam. Sosok atletik yang murah senyum itu memang tengah menapaki jalan baru sebagai politisi melalui Partai Gerindra. Cita-citanya mulia, ingin mencicipi jabatan menteri olah raga. Itu masuk akal, sebab, selain berprestasi sebagai atlet, dia tak lalai dengan pendidikan tingginya. Purnomo perah menyelesaikan kuliah sebagai calon bankir di Perbanas Jakarta.

Namun, memang, generasi zaman now tak banyak tahu siapa sosok tinggi berkulit putih, bertubuh  atletis, dan murah senyum ini. Ingatannya mungkin terbatas dan mungkin masih euforia dengan sibuk memberikan pujian pada pelari cepat 100 m asal NTB lalu, Muhammad Zohri. Prestasi Zohri memang membanggakan karena menjadi juara dunia lari 100 m dalam kompetisi U20 yang diselenggarakan IAAF di Tempere Finlandia. Tapi, Purnomo di dekade 1980-an tak kalah hebat.

Memang, pada tingkat senior, di tingkat Asia, dahulu sebelum datangnya era Purnomo, ada juara lari 100 m yang juga melegenda, yakni Moh Sarengat yang juga berasal dari Banyumas dan berpendidikan tinggi, yakni sebagai dokter. Prestasi mengilap Sarengat dicatatnya pada Asian Games 1962. Tapi, oleh IAAF rekornya tak diakui, meski catatan waktunya lumayan, 10,5 detik. Dan rekor Sarengat ini bertahan selama 25 tahun sebelum dipecahkan Purnomo Muhammad Yudi dengan catatan waktunya sampai 10,3 detik.

Kalau dingat, prestasi Purnomo kala itu pun seperti yang dilakuan Zohri sekarang. Sangat hebat. Dia masuk putaran semifinal Olimpiade Los Angeles 1994. Melalui siaran televisi, dia terlihat berlari di lajur tiga bersama pelari top dunia, seperti dari Jamaika, USA, Inggris, dan lainnya. Legenda atletik, Carl Lewis, pada putaran final kemudian menjadi juaranya.

Pada akhir lomba itu Lewis sempat mencatat rekor dunia. Purnomo memang tak jadi juara. Namun catatan waktunya, yang kala itu mulai gunakan teknologi komputer mengesankan, mencapai 10,41 detik. Dialah satu-satu orang Asia yang saat itu bisa masuk babak akhir lomba lari putaran dunia 100 m tingkat olimpiade.

Sayangnya, di tingkat Asia, Purnomo sial, yakni pada Asian Games di India. Pada putaran final, media masa kala itu mengisahkan bila Purnomo kalah karena blok pijakan kakinya ketika hendak melakukan sprint sempat melorot. Celakanya, lomba tidak diulang. Yang juara kala itu, kalau tidak salah, pelari Qatar, Talal Mansoor.

Dan kisah pahlawan dalam dunia lari cepat banyak sekali, atau tak hanya Purnono atau Zori. Di sana ada legenda lain seperti Mardi Lestari. Rekor nasional untuk lari 100 m  pun masih dipegang pelari asal Solo, Suryo  Agung Wibowo  dengan catatan waktu 10,17 detik. Khusus untuk Mardi Lestari, dialah yan berhasul mematahkan rekor lari Purnomo dan bisa mempertahankan rekor sebagai ‘manusia tercepat Asia’ yang mampu bertahan selama 28 tahun.

Bukan hanya itu saja, sosok yang peduli para cabang olahraga itu juga ikut menentukan, meskipun ketika ada juara yang lahir tidak didengar namanya. Orang Indonesia boleh bangga dengan prestasi di nomor atletik dari zaman Purnomo, Mardi Lestari, hingga Lalu Muhammad Zohri. Tapi orang awam tak paham siapa orangnya yang bertahan mencintai, mencari bibit, bahkan membiayai atau jadi sponsor di baliknya, khususnya atletik, terutama cabang lari 100 M?

Nah, orang itu ada pada Bob Hasan atau Mohammad Hasan. Beliau kini sudah berusia senja lebih dari 80 tahun. Tapi semangat dan perhatiannya pada lomba lari jarak pendek tak pernah padam dalam kurun waktu yang lama, dari dulu sampai sekarang. Bob Hasan selalu mengatakan potensi di nomor lari jarak pendek bagi orang Indonesia sangat terbuka. Dan ingatkan pula bila lari 100 m atau sprint adalah ibu dari semua olah raga.

Dan untuk mengingat semua legenda itu, maka bersamaan dengan memberi takziah atas kepergian Purnomo, sekali lagi tak ada kata terlambat untuk mengucapkan terimakasih kepada anak angkat bapak TNI Jendral Gatot Subroto,Mohamad (Bob Hasan). Lewat dialah Purnomi, Mardi pada generasi terdahulu dan Zohri pada hari ini lahir. Sama seperti sosok Purnomo atau Mardi yang terkesan menghilang dan dilupakan media masa, Bob Hasan adalah 'bapak dari mereka'. Nasihat sekaligus uluran tangannya memang ajaib.

Dan baik Purnomo atau Bob Hasan adalah sosok yang mengajarkan kerendahan hati. Saya ingat terus senyumnya saat duduk di kursi Press room DPR. Dia terlihat tak jengah karena banyak orang tak kenal lagi kepadanya. Selamat jalan Mas Purnomo!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement