Sabtu 26 Jan 2019 15:40 WIB

Soal Tabloid Indonesia Barokah, BPN: Kita Serahkan ke Aparat

BPN yakin aparat keamanan serius.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Muhammad Hafil
Petugas Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Banyuwangi menunjukkan isi Tabloid Indonesia Barokah di Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (25/1/2019).
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Petugas Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Banyuwangi menunjukkan isi Tabloid Indonesia Barokah di Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (25/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan capres dan cawapres Prabowo-Sandiaga, Suhud Alinudin mengatakan, terkait kasus beredarnya tabloid Indonesia Barokah, BPN tidak berencana mengerahkan kader masing-masing untuk merazia tabloid tersebut. Namun, BPN menyerahkan penyelidikan sepenuhnya pada aparat. 

"Kita serahkan ke aparat saja, sebetulnya mudah untuk melacak sumbernya, kan penyebarannya melalui kantor pos ya, pasti ada (alamat) pengirimannya," kata Suhud, Sabtu (26/1).

Menurutnya, jika pihak berwajib serius memberantas penyebaran hoaks, maka akan mudah melakukan penyelidikan terhadap penyebar tabloid tersebut. "Saya kira kalau memang aparat serius ingin memberantas hoaks, saya kira ya mudah gitu (cari tahu) siapa kira-kira penyebar tabloid ini," imbuhnya. 

Selain aparat, ia menambahkan, agar pihak Bawaslu juga bisa ikut mengawasi penyebaran tabloid Indonesia Barokah. "Kita memang sepenuhnya menyerahkan ke aparat dan juga Bawaslu untuk bisa ikut mengawasi penyebaran media hitam seperti ini," ucapnya. 

Sebelumnya, tabloid Indonesia Barokah yang diduga memuat konten kampanye dan ujaran kebencian terhadap salah satu calon presiden beredar di sejumlah masjid dan pesantren di Kabupaten Majalengka. Bawaslu setempat sedang mendalami kasus tersebut.

Kepolisian akan menindaklanjuti laporan keberadaan tabloid sebelum mendapatkan hasil penilaian dari Dewan Pers. Dewan Pers telah memberikan kesimpulan sementara dari analisa mengenai konten tabloid Indonesia Barokah. Dewan Pers tidak menemukan pekerjaan jurnalistik dalam barang cetakan seukuran tabloid itu.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement