Kamis 17 Jan 2019 16:40 WIB

Antropolog AS Usulkan Muhammadiyah-NU Masuk Nominasi Nobel

Muhammadiyah dan NU telah membuktikan Islam rahmatan lil alamin.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Peluncuran buku dan seminar Peran dan Kontribusi Muhammadiyah dan  NU dalam Perdamaian dan Demokrasi di Ruang Mulitmedia Universitas Gadjah  Mada (UGM), Kamis (17/1).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Peluncuran buku dan seminar Peran dan Kontribusi Muhammadiyah dan NU dalam Perdamaian dan Demokrasi di Ruang Mulitmedia Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis (17/1).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Antropolog Boston University, Robert W Hefner, mengirimkan pengajuan nominasi nobel perdamaian untuk Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Kedua ormas Islam terbesar dunia itu dinilai telah memberikan peran besar terwujudnya perdamaian dunia.

"Kalau tidak salah (surat pengajuan) tanggal 4 Januari dan sudah diterima," kata Hefner yang ditemui usai mengisi diskusi peluncuran buku Dua Menyemai Damai di Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis (17/1).

Ia menerangkan, inisiasi pemberian nobel kepada Muhammadiyah dan NU sebenarnya sudah didiskusikan sejak lama. Tapi, banyaknya variabel yang dipertimbangkan panitia untuk membuat usulan itu terwujud.

Mulai tantangan moral politik, atau bahkan krisis global yang mampu dihadapi suatu organisasi. Tapi, ia menegaskan, tidak bisa dibantah kalau sudah cukup umum dan intens diskusi tentang penghargaan bagi Muhammadiyah dan NU tersebut.

"Dan sangat mengesankan sebagai pengakuan terhadap peran Muhammadiyah dan NU," ujar Hefner.

Belakangan, ia merasa peran besar Muhammadiyah dan NU yang terabaikan mulai mendapat perhatian. Karenanya, tepat saatnya menyadarkan dunia internasional tentang peran besar itu dan apresiasi terhadap peran besar yang dimainkan.

Selain dua organisasi raksasa itu, Hefner melihat keberadaan Indonesia sendiri mulai dikenali dunia global. Tidak cuma bidang pendidikan dan kebangsaan, sumbangsih tokoh-tokoh Indonesia mulai banyak diapresiasi dunia interasnional.

Padahal, Hefner mengungkapkan, rekan-rekannya di AS termasuk wartawan-wartawan internasional kerap menyangsikan adanya peradaban Islam. Tapi, ia menegaskan, eksistensi Muslim Indonesia sudah menjadi jawaban untuk keraguan tersebut.

Bagi Hefner, Indonesia tidak sekadar dipandang sebagai negara paling demokrasi di Asia Tenggara, tapi di Asia. Bahkan, Indonesia disebut sebagai negara paling demokrasi di negara-negara dunia ketiga (nonblok).

Selain itu, reformasi pendidikan Islam yang banyak diimpikan umat Islam dunia, telah dilahirkan Muhammadiyah sejak lama. Menurut Hefner, level itu merupakan buah dari perjuangan Muhammadiyah dan NU.

"Muhammadiyah dan NU telah membuktikan Islam memang rahmatan lil alamin, sebuah blessing for the world," kata Hefner.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement