Selasa 15 Jan 2019 08:31 WIB

Babak Baru Konflik Trump-Turki

Donald Trump menuntut zona aman 20 mil untuk melindungi Kurdi di Suriah.

Donald Trump
Foto: AP
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Yeyen Rostiyani

WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam Turki jika coba-coba menyerang sekutu AS di Suriah, yaitu petempur Kurdi. AS, kata Trump, akan menghancurkan perekonomian Turki.

"Dimulai dengan penarikan dari Suriah yang dinanti sejak lama sambil menghantam sedikit sisa wilayah kekhalifahan ISIS dengan keras dan dari berbagai arah," cicit Trump di Twitter, Ahad (13/1) malam.

AS, ancam Trump jika Turki berani menyerang Kurdi, akan menyerang lagi dari pangkalan yang ada sekarang. Juga akan menyerang Turki dari sisi ekonomi jika mereka menyerang Kurdi. "Buatlah zona aman sejauh 20 mil. Sebaliknya (AS) tidak ingin Kurdi memprovokasi Turki."

CNBC menyebutkan, Gedung Putih, Kementerian Luar Negeri, dan Pentagon tidak menanggapi ketika dimintai komentar. Sementara, Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan, tidak ada yang bisa dicapai hanya dengan mengancam perekonomian.

Mitra Turki, kata Mevlut kepada Reuters, tidak selayaknya berkomunikasi lewat media sosial. Cavusoglu yakin bahwa komentar Trump lebih didorong oleh politik di dalam negeri AS sendiri.

"Turki tidak takut pada ancaman apa pun. Anda tidak bisa mencapai apa pun hanya dengan mengancam perekonomian," Mevlut menegaskan.

Turki melakukan apa pun yang diperlukan demi menghapus ancaman pada keamanan mereka. Turki dan AS harus bisa mencari cara agar dapat berkoordinasi bersama dan cara menyelesaikan masalah.

Juru bicara kepresidenan Turki Ibrahim Kalin membalas cicitan Trump di Twitter. Menurut dia, Turki memerangi terorisme, bukan warga Kurdi. "Teroris tidak bisa menjadi mitra dan sekutu Anda," cicit Kalin.

Hubungan AS dan Turki memang telah lama tegang karena dukungan AS terhadap YPG Kurdi, yang diyakini sebagai perpanjangan tangan dari Kurdistan Workers Party (PKK). YPG Kurdi adalah sekutu AS dalam melawan ISIS di Suriah. Sedangkan, PKK adalah partai terlarang di Turki karena selama beberapa dekade melakukan perlawanan.

Di Riyadh, Arab Saudi, Menlu AS Mike Pompeo mengatakan, ancaman Trump tidak berarti mengubah rencana penarikan pasukan AS dari Suriah. Ketika ditanya maksud Trump dalam cicitannya tentang "kehancuran ekonomi" Turki, Pompeo menjawab, "Anda harus bertanya kepada Presiden [Trump]. Kami telah menerapkan sanksi ekonomi dalam beberapa cara, saya berasumsi beliau berbicara dalam konteks itu," kata Pompeo.

Ia mengaku belum kontak dengan Ankara sejak cicitan Trump.

Ankara sendiri amat sadar dampak yang dirasakan jika hubungannya dengan AS tidak baik. Dalam krisis diplomatik tahun lalu, Trump menjatuhkan sanksi kepada dua menteri Turki dan meningkatkan tarif ekspor logam Turki. Hal itu membuat nilai mata uang lira turki merosot ke titik terendah pada Agustus.

Trump juga tidak memerinci permintaannya untuk membuat zona aman 20 mil. Namun, menurut Pompeo, AS ingin memberikan jaminan keamanan bagi pihak yang memerangi ISIS di Turki. Hal itu, kata Pompeo, juga untuk mencegah kemungkinan serangan dari Suriah kepada Turki.

Menurut Pompeo, sikap AS terhadap Kurdi pun selalu lugas dan tak berubah sejak Trump Desember lalu menyatakan menarik pasukan AS dari Suriah. "Pemerintah AS sangat konsisten terkait permintaan kami bahwa Turki tidak memburu Kurdi dengan cara yang tidak sepatutnya," kata Pompeo.

"Jika mereka teroris, kita justru sedang meruntuhkan ekstremisme di mana pun mereka berada. Menurut saya, komentar Presiden [Trump] konsisten dengan hal itu."

(reuters/ap ed: yeyen rostiyani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement