Jumat 11 Jan 2019 17:29 WIB

Warga Banyumas Keluhkan Keberadaan TPST Gunungtugel

Warga kemungkinan akan mengajukan protes ke Pemkab dan minta agar TPST ditutup.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Dwi Murdaningsih
Suasana di tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Piyungan, Bantul, DIY pada Kamis (19/4). Pengelolaan TPST yang belum optimal dipersoalkan oleh masyarakat sekitar karena aroma tak sedak kian pekat dan meluas.
Foto: Republika/Eric Iskandarsjah Z
Suasana di tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) Piyungan, Bantul, DIY pada Kamis (19/4). Pengelolaan TPST yang belum optimal dipersoalkan oleh masyarakat sekitar karena aroma tak sedak kian pekat dan meluas.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Warga Banyumas mengeluhkan keberadaan  TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Gunungtugel Desa Kedungrandu Kecamatan Patikraja. Bau busuk sampah yang ditimbulkan dari lokasi tersebut mulai dikeluhkan warga sekitar.

''Baunya sudah mulai menyengat lagi. Dulu waktu mendirikan TPST, Pemkab menjanjikan pengelolaan sampah di bekas TPA Gunungtugel ini tidak akan menimbulkan bau karena langsung diolah. Tapi kenyataannya, saat ini baunya sudah menyebar ke mana-mana,'' kata Supri (52), seorang warga setempat.

Dia mengaku, bila kondisi ini dibiarkan, warga kemungkinan akan kembali mengajukan protes ke Pemkab dan minta agar TPST ditutup. ''Siapa pun tidak akan betah tinggal di rumah, kalau di lingkungan rumahnya bau sampah,'' katanya.

Dari pemantauan di lapangan, banyaknya sampah yang dikirim dari berbagai wilayah kecamatan Kabupaten Banyumas ke TPST Gunungtugel, membuat TPST tidak mampu mengelola secara optimal sampah yang diterima. Setelah sampah dipilah menurut jenis organik dan non organik, sebagian  sampah organik justru ditimbun disamping hanggar. Hanya sebagian kecil yang diolah menjadi kompos.

Timbunan sampah ini, saat ini sudah semakin menggunung dan menebarkan baru busuk yang menyebar cukup jauh. ''Seharusnya, disamping hanggar ini ada incenerator yang bisa dimanfaatkan untuk membakar sisa-sisa sampah. Dengan demikian, sampah yang tidak terolah bisa langsung dibakar,'' kata Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Hanggar Pengolahan Sampah Kedungrandu, Wahidin.

Untuk mengatasi hal itu, Pemkab Banyumas kemungkinan akan kembali mengaktifkan TPA (Tempat Pembuangan Sampah Akhir) di Desa Windunegara Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Padahal; sebelumnya, Pemkab sempat menyatakan tidak akan lagi menggunakan TPA karena dengan sistem pengelolaan sampah yang baru, seluruh sampah yang dihasilkan warga Banyumas akan habis terpakai.

Wastam, pemilik lahan di Desa Windunegara yang lahannya dijadikan TPA, mengaku sudah dipanggil Wakil Bupati Sadewo Tri Lastiono untuk membicarakan peminjaman kembali lahannya sebagai  penampungan sampah.  ''Prinsipnya, saya tidak keberatan asalkan kondisinya dirapikan dulu dan warga setempat juga tidak keberatan,'' katanya.

Dia menyebutkan, lahannya yang berada di Desa Windunegara, sebelumnya memang dipinjam Pemkab Banyumas untuk dijadikan TPA sementara. Hal ini menyusul penolakan warga Kaliori Kecamatan Kalibagor terhadap TPA yang ada di desanya.

''Janjinya, Pemkab hanya akan meminjam hingga tanggal 31 Desember 2018 dan warga sekitar tahunya juga TPA sudah ditutup per tanggal itu,'' jelasnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement