Rabu 26 Dec 2018 17:36 WIB

Malang Beri Dukungan Ambon Jadi Kota Musik Dunia

MMI akan mengirim masing-masing 100 buah CD, kaset, piringan hitam dan katalog musik.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih
Museum Musik Indonesia (MMI) memberikan dukungan pada Ambon menuju Kota Musik Dunia dengan mengirim masing-masing 100 CD, kaset piringan hitam dan buku katalog di Malang, Rabu (26/12).
Foto: republika/wilda
Museum Musik Indonesia (MMI) memberikan dukungan pada Ambon menuju Kota Musik Dunia dengan mengirim masing-masing 100 CD, kaset piringan hitam dan buku katalog di Malang, Rabu (26/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Kota Malang melalui Museum Musik Indonesia (MMI) berusaha memberikan kontribusinya untuk Ambon, Maluku. Dalam hal ini berupaya menjadikan wilayah tersebut sebagai kota musik dunia.

Ketua MMI, Hengky Herwanto mengatakan, kontribusi tersebut dibuktikan dengan penandatanganan nota kesepahaman antara pihaknya dengan Wali Kota Ambon, 29 Oktober lalu. Di kesepahaman ini, MMI memberikan dukungannya pada aspek Pusat Dokumentasi Musik Nasional (PDMN) yang akan didirikan di Kota Ambon. Pendirian pusat ini hanya salah satu dari 25 langkah startegis persyaratan UNESCO agar Ambon dapat menjadi kota musik dunia.

Untuk mendukung aspek tersebut, Hengky mengungkapkan, MMI telah menyiapkan sejumlah sarana yang dibutuhkan PDMN. Ia akan mengirim masing-masing 100 buah CD, kaset, piringan hitam (PH) dan buku katalog musik Ambon. "Karya-karya musik ini berasal dari Ambon atau yang dihasilkan oleh seniman musik Amhon-Maluku," kata Hengky di MMI Malang, Rabu (26/12).

Dari 300 produk musik Ambon yang dimiliki MMI, Hengky mengatakan, sebagian besar piringannya dari Lokananta. Lokananta berdiri sejak 1956. Hal ini berarti piringan musik Ambon tertua kemungkinan besar diterbitkan sekitar 1957.

"Setahun setelah Lokananta berdiri," kata dia.

Produk-produk musik Ambon ini akan dikirim pada 27 Desember 2018. Dari ratusan CD, kaset dan PH, Hengky menjelaskan, beberapa di antaranya merupakan istimewa. Maksudnya, produk musik tersebut sudah jarang ditemukan saat ini.

Ia mencontohkan album grup musik Masada yang digitalisasinya akan dikirim ke Ambon. Menurut Hengky, album grup yang terdiri dari musisi Maluku ini sudah sangat jarang ditemui. Padahal grup yang berkarier di Belanda ini telah memiliki empat album.

Sementara ihwal buku katalog, kata dia, ini merupakan karya MMI. Katalog ini salah satu rintisan awal pendataan dan pengumpulan album-album rekaman karya musik di Indonesia, baik tradisional maupun modern. Menurut dia, masih banyak kekayaan musik daerah dan nasional yang perlu didokumentasikan lagi ke depannya.

Hingga saat ini, Hengky berpendapat, hanya Malang yang baru memberikan dukungannya untuk Ambon dalam hal distribusi ini. Sebagian besar sumbangan yang diberikan kemungkinan berasal dari koleksi pribadi. Dengan adanya bantuan ini, dia berharap, target Ambon sebagai kota musik dunia dapat terwujud.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement