Sabtu 17 Nov 2018 07:24 WIB

Yakinkah Rumah Aman Bagi Si Kecil?

Luka atau kecelakaan merupakan penyebab utama kematian anak-anak, termasuk remaja

Asma Nadia
Foto: Daan Yahya/Republika
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Asma Nadia

Banyak orang tua yang begitu peduli dengan pendidikan anak. Sejak kecil mereka diperdengarkan lagu dan lantunan ayat suci. Dimasukkan ke sekolah terbaik. Dibelikan mainan edukatif usia dini.

Baca Juga

Tidak sedikit orang tua yang begitu peduli dengan kesehatan anak. Demi kesehatan anak, mereka diimunisasi sejak bayi. Makanan sehat selalu disiapkan. Tempat makan dan minum disterilisasi agar anak terjauhkan dari kuman.

Akan tetapi, sebagian besar orang tua lupa ada yang lebih penting dari kesehatan dan pendidikan. Sesuatu yang jauh lebih penting dari kesehatan dan pendidikan bagi ananda. Bahkan, tanpa keberadaannya, kesehatan dan pendidikan akan sia-sia.

Bisakah menebak? Sengaja saya tidak langsung menguraikan agar kita berpikir ulang satu hal penting yang banyak dilupakan. Ada hal yang lebih penting dari kesehatan dan pendidikan ananda, 'Keselamatan'. Tanpa keselamatan anak, semua ikhtiar dan perjuangan ayah bunda akan sia-sia.

Sedikit kilas balik, saya ingin bercerita tentang seorang teman yang sangat peduli pendidikan anaknya. Pada usia dini sang anak sudah hapal banyak ayat Quran, sangat menonjol dibandingkan batita seusianya. Kian hari bocah menggemaskan ini terlihat bertambah cerdas, cekatan, dan menjadi inspirasi orang tua lain. Sangat disayangkan, anak yang sedang lucu-lucunya itu, bahkan belum menginjak usia tiga tahun ditemukan meninggal setelah sempat menghilang. Ia tenggelam di empang dekat rumah.

Ananda lahir dari kedua orang tua yang merupakan pasangan yang sangat dihormati, yang sekaligus merupakan inspirasi di kampus. Lalu, bagaimana hal sedemikian tragis bisa terjadi? Semua takdir, benar. Namun, dari takdir yang Allah gariskan manusia bisa melakukan evaluasi. Bagi kedua pasangan ini, salah satunya menguatkan pemahaman konsep home safety atau keselamatan di rumah.

Tidak ada jaminan orang yang pintar secara akademis memahami konsep keselamatan di rumah untuk anak-anak mereka. Salah seorang teman, lulusan Jerman, anaknya tersiram air panas dari kepala hingga kaki, setelah sang ibu meletakkan panci berisi air panas di atas kulkas. Sebenarnya, tindakan itu sekilas cukup aman, tapi memang berisiko. Bertambah peluang risiko sebab kulkas diberi hiasan serbet yang kainnya menjuntai ke bawah. Malang tak dapat ditolak, si balita menarik juntaian kain dan air panas pun menyiram sekujur tubuhnya.

Home safety adalah konsep yang sangat populer di negara maju, tapi masih kurang mendapat perhatian di Indonesia.

Semua takdir, tapi semoga kita tidak berlindung di balik kata tersebut untuk terus belajar dari berbagai kejadian, baik yang kita alami maupun orang lain.

Bagi saya dan suami, kami menjadikan home safety sebagai materi wajib untuk diberikan kepada setiap asisten rumah tangga atau baby sitter yang akan bekerja di rumah. Konsepnya diperbaiki setiap tahun hingga akhirnya layak diterbitkan sebagai buku, dan semoga berkontribusi dalam meningkatkan standar home safety di Indonesia.

Rumah yang asri, nyaman, indah bukan berarti aman bagi bayi, bagi anak-anak. Jika tidak disesuaikan dengan standar keamanan untuk mereka, rumah bisa menjadi medan perang yang menimbulkan malapetaka.

Banyak orang tua begitu khawatir ketika anak bermain di jalan, tempat keramaian, atau melakukan kegiatan di luar rumah. Karena itu, mereka memberi perhatian lebih saat anak-anak bermain di luar. Masih lebih sedikit ayah bunda yang sadar bahwa bahaya di dalam rumah justru lebih sering mengancam anak-anak dan sangat mungkin berakibat fatal.

Bantal guling yang bisa membuat kita tidur nyenyak, bagi bayi bisa berubah menjadi pembungkam napas yang mematikan.

Boneka kecil lucu yang menemani bayi tidur, cukup untuk membuat napas mereka berhenti dan meninggal. Boneka juga bisa menjadi sarang berkumpulnya kuman penyakit.

Ember mandi bayi yang hanya setinggi beberapa sentimeter, bisa saja membuat bayi yang baru duduk tergelincir dan tenggelam.

Beberapa tetes air di lantai, selembar plastik atau kertas sehelai yang tergeletak di lantai, kabel batang sapu menyilang, sajadah yang belum dilipat, karpet berdebu tebal, cukup untuk membuat balita yang baru mulai berjalan terpelanting dan mengalami gegar otak atau bahkan meninggal.

Bukan hanya soal nyaman dan indah dalam menyiapkan rumah bagi buah hati, melainkan pastikan juga aman bagi makhluk-makhluk mungil kesayangan kita. Sekali lagi sangat mungkin rumah menjelma daerah penuh bahaya dengan banyak jebakan yang mengancam.

Luka atau kecelakaan merupakan penyebab utama kematian anak-anak, termasuk remaja. Kecelakaan di rumah dan tempat bermain di rumah adalah penyebab terbesar kematian, jika kematian kecelakaan lalu lintas tidak dihitung. WHO mengungkapkan, setiap hari terdapat 2.000 anak yang mengalami luka akibat kecelakaan di rumah. Semoga ananda kita tidak termasuk salah satu penyumbang statistik di sana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement