Jumat 02 Nov 2018 17:55 WIB

Kemenko PMK Lanjutkan Sosialisasi Promosi Toleransi di Bali

Kegiatan AYIC 2018 di Bali juga disertai dengan kunjungan ke beberapa tempat ibadah.

Rep: arif satrio nugroho/ Red: Dwi Murdaningsih
Seminar bertemakan Managing Religious and Cultural Diversity to Achieve Harmonious and Peaceful Society dalam rangkaian kegiatan ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) 2018, di Universitas Gadjah Mada  (UGM) Yogyakarta.
Foto: kemenko pmk
Seminar bertemakan Managing Religious and Cultural Diversity to Achieve Harmonious and Peaceful Society dalam rangkaian kegiatan ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) 2018, di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Republik Indonesia melanjutkan kegiatan sosialisasi promosi toleransi serangkaian dengan kegiatan Asian Youth Interfaith Camp (AYIC) di Denpasar, Bali (2/11). Sebanyak 22 peserta mengikuti acara seminar yang bertemakan 'Mainstreaming the ASEAN Culture of Prevention through the Promotion of Tolerance, Mutual Understanding, and Respect di Universitas Hindu Indonesia.

"Mereka itu kan future faith leader, atau diharapkan jadi pemimpin di bidang keagamaan di ke depannya di negara masing-masing, menanamkan nilai toleransi antar beragama di kehidupan negara ASEAN," kata Kepala Bagian Kerja Sama Luar Negeri Kemenko PMK Abdi Rizal, saat berbincang dengan Republika.co.id.

Abdi menjelaskan, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan AYIC 2018, Kemenko PMK menyelenggarakan seminar untuk membahas implementasi ASEAN Culture of Prevention di kalangan pemuda. ASEAN Culture of Prevention merupakan budaya di sektor hulu yang hendak diperkuat di kawasan ASEAN untuk mencegah terjadinya kekerasan.

Sebelumnya pada tanggal 31 Oktober 2018, seminar yang pertama telah dilaksanakan di Yogyakarta. Kegiatan AYIC 2018 di Bali juga disertai dengan kunjungan ke beberapa tempat ibadah di Bali, seperti Puja Mandala. Itu merupakan komplek dimana lima tempat ibadah berdiri berdampingan; Desa Dalung, pemukiman dimana pemeluk agama Hindu dan Islam dengan harmonis; serta Pura Besakih, pura terbesar di Indonesia.

"Mereka diharapkan dapat merasakan atau melihat langsung, katanya kan experience is the best teacher, jadi agar mereka bisa melihat langsung, bagaimana toleransi berjalan di Indonesia," kata dia.

Tahun lalu, inisiatif ini telah diresmikan oleh para pemimpin Negara ASEAN melalui dokumen ASEAN Declaration on Culture of Prevention for a Peaceful, Inclusive, Resilient, Healthy and Harmonious Society pada pertemuan KTT ASEAN ke-31 di Manila.

AYIC 2018 sendiri merupakan salah satu bentuk implementasi dokumen kerjasama tersebut yang ditargetkan pada kelompok pemuda sebagai calon pemimpin di masa depan. Seminar ini merupakan kedua kalinya dalam rangkaian kegiatan AYIC 2018.

"Jadi mereka ini menjalani serangkaian kegiatan yang mengajarkan toleransi agar dapat menyerap nilai-nilai toleransi, kemudian dibawa ke negara mereka," kata Direktur Kerjasama Asean di Bidang Socio Cultural Riaz J P Saehu yang juga berlaku sebagai pemateri di acara tersebut.

AYIC 2018 merupakan kegiatan yang diprakarsai oleh Kemenko PMK, Kemenlu, dan Kemenag sebagai bentuk implementasi ASEAN Declaration on Culture of Prevention yang telah diresmikan oleh Para Pemimpin Negara ASEAN dalam KTT ASEAN ke-31 di Manila tahun 2017. Rangkaian acara ini telah diawali dengan pertemuan antara para peserta AYIC dan Wakil Presiden RI pada tanggal 29 Oktober 2018. AYIC 2018 akan diakhiri dengan upacara penutupan pada tanggal 3 November 2018 di Puri den Bencingah, Bali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement