Senin 17 Sep 2018 00:35 WIB

Rumah Kiai Ma'ruf Konsolidasikan Dukungan Berbagai Pihak

Jokowi-Ma'ruf dapat meneguhkan kembali Indonesia sebagai bangsa yang pluralis.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Endro Yuwanto
Bakal calon wakil presiden KH Ma'ruf Amin di Rumah KMA, Jalan Saharjo No. 129, Tebet, Jakarta Selatan, Ahad (16/9).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Bakal calon wakil presiden KH Ma'ruf Amin di Rumah KMA, Jalan Saharjo No. 129, Tebet, Jakarta Selatan, Ahad (16/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Koordinator Nasional (Kornas) Rumah Kiai Ma'ruf Amin (KMA), KH Ahmad Bagja mengatakan, pihaknya akan mengkonsolidasikan dukungan dari berbagai pihak untuk pasangan capres-cawapres Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin. Menurut dia, dukungan tak hanya datang dari umat Islam, melainkan juga kalangan minoritas.

Menurut Bagja, Jokowi-Ma'ruf merupakan simbol umara-ulama Bangsa Indonesia. Karena itu, pihaknya tak hanya menggalang dukungan dari umat Islam.

"Kenapa berani mengajak banyak orang PBNU, lintas agama, mereka yang dipinggir jalan, saya berpikiran pasangan Jokowi-Ma'ruf sebagai hubungan simbolis ulama dan umara. Ini pertanda momentum nasional mengukuhkan persatuan," kata Bagja saat meresmikan Rumah KMA, di Jalan Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan, Ahad (16/9).

Bahkan, Bagja meyakini, Jokowi-Ma'ruf dapat meneguhkan kembali Indonesia sebagai bangsa yang pluralis. Hal itu, lanjut dia, tergambar dari penampilan sosok Jokowi-Ma'ruf.

Selain itu, Bagja mengatakan, pasangan Jokowi-Ma'ruf merupakan perwujudan ikhtiar dan doa. Ia menilai, sosok Jokowi merupakan seorang pekerja keras. Sementara itu, Kiai Ma'ruf bukan sembarang ulama. "Tapi memimpin kiai. Doa dan wiridnya insyaAllah mabrur. Bangsa ini dipimpin lengkap, bekerja dan berdoa," kata dia.

Meski begitu, Bagja mengakui, bagi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), melepas Kiai Ma'ruf bukanlah perkara mudah. Pasalnya, Kiai Ma'ruf bukan sekadar kader dan putra terbaik PBNU, melainkan juga Rais Aam. "Kualitasnya super. Tidak cuma super, limited edition. Dan oleh NU dilepas demi kepentingan bangsa, nasional, ukhuwah Islamiyah," kata mantan Sekretaris Jenderal PBNU itu.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement