Rabu 05 Sep 2018 18:58 WIB

Pengguna Medsos Miliki Pengaruh Besar pada Pilpres 2019

Pengguna medsos dinilai lebih memiliki suara untuk menyampaikan pendapat.

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Qommarria Rostanti
Ilustrasi Media Sosial
Foto: pixabay
Ilustrasi Media Sosial

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengguna media sosial (medsos) berpengaruh besar dalam ajang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Ardian Sopa mengatakan pengaruh tersebut di antaranya dalam hal pembentukan opini publik yang berkaitan dengan pilpres.

Saat ini pemilih yang menggunakan medsos hanya 28,5 persen. Namun, angka tersebut lebih memiliki suara untuk menyampaikan pendapat. Menurut Ardian, pengguna medsos memiliki sumber informasi yang lebih banyak dibandingkan mereka yang bukan pengguna.

"Secara pertukaran informasi juga lebih banyak sehingga yang terjadi 28,5 persen ini menjadi aktor-aktor di masyarakat," kata dia di Jakarta, Rabu (5/9).

Ardian mengatakan pengguna medsos bisa menjadi rujukan masyarakat yang tidak menggunakan medsos. Informasi yang dimiliki pengguna medsos, kata dia, secara otomatis akan mewarnai lingkungan di sekitarnya. Karena itu, menurut dia, angka pengguna medsos akan menjadi krusial jika tidak dikelola oleh masing-masing kubu. "Kalau tidak mengarap segmen sosmed adalah hal bahaya," ujarnya.

Dia menyebut, yang menarik dari fenomena medsos adalah banyak pengguna nonorganik. Artinya, orang bisa mengelola lebih dari satu akun medsos di satu platform.

Akun-akun tersebut, kata dia, dapat menciptakan perbincangan viral di medsos. "Tentu karena ini pertarungan medsos, hal-hal tersebut bisa terjadi dan ini yang nanti lebih banyak," kata dia.

Ardian melihat dari fenomena yang terjadi, isu-isu yang menjadi viral di medsos secara umum berasal dari berita buruk. Hal itu, kata dia, sekaligus memberi alasan elektabilitas pasangan Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin kalah di beberapa segmen pertarungan medsos. Padahal, kata dia, secara tingkat keterkenalan, Jokowi jauh lebih dikenal dibandingkan penantangnya, Prabowo Subianto.

"Di Instagram dan Twitter, misalnya, Jokowi lebih banyak followers-nya," ujar Ardian.

Menurut dia, kubu Prabowo lebih banyak mengeluarkan hal yang relatif negatif untuk menjatuhkan citra bakal calon presiden (capres) pejawat. Namun, kata Ardian, selama yang disampaikan adalah fakta, hal itu harus diterima. "Kalau hoaks itu harus dihindari," ujarnya.

Ardian mengatakan kehadiran KH Ma'ruf Amin sebagai pendamping Jokowi relatif mengurangi pembahasan isu agama di medsos. Berdasarkan survei LSI, pasangan Jokowi-KH Ma'ruf meraih elektabilitas 48,3 persen di pengguna medsos. Sementara Prabowo-Sandiaga Uno meraih 39,5 persen.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement