Kamis 30 Aug 2018 12:44 WIB

Standardisasi Luis Milla

Milla sangat jeli dalam memilih pemain.

Pelatih Sepakbola Indonesia, Luis Milla.
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Pelatih Sepakbola Indonesia, Luis Milla.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Hazliansyah

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) akhirnya memutuskan perpanjangan konrak Luis Milla sebagai pelatih kepala tim nasional. Lewat rapat EXCO PSSI, diputuskan pelatih asal Spanyol tersebut diberi tawaran melatih hingga satu tahun ke depan.

Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi mengatakan, tawaran diberikan dengan mempertimbangkan beberapa hal. Salah satunya, yang nyata terlihat, Luis Milla memberikan warna baru dalam permainan tim nasional. Meski di Asian Games 2018 Luis Milla tidak bisa memenuhi target yang dicanangkan, yakni menembus babak semifinal.

Permainan Garuda Muda sangat atraktif. Layak diapresiasi dan tidak kalah dengan tim-tim yang punya tradisi kuat di sepak bola Asia.

Keputusan itu, juga tidak lepas dari mepetnya kompetisi selanjutnya yang bakal diikuti tim nasional. Adalah Piala AFF yang akan berlangsung pada November 2018 dan Sea Games 2019 di Manila, Filipina. Di dua kompetisi itu secara jelas PSSI juga mematok raihan tertinggi.

Publik tentunya sangat berharap Milla dapat menerima tawaran tersebut. Sebab tidak hanya PSSI, publik sepak bola tanah air juga melihat hal yang sama dengan PSSI. Nyaris tidak ada kata sumbang terhadap pelatih yang membawa Spanyol juara Piala Dunia U-21 ini.

Bahkan media asing secara khusus mengulas apa yang dilakukan Luis Milla terhadap timnas, dan bagaimana publik sepak bola tanah air merespons perubahan yang disuguhkan Luis Milla.

Lihat saja bagaimana Luis Milla memilih pemain-pemain terbaiknya. Ia dengan jeli memilih pemain yang dapat disesuaikan dengan kerangka dan strateginya. Meski ia harus berhadapan dengan ketatnya jadwal kompetisi Liga 1.

Milla justru dengan jeli memilih pemain. Ia menilai kompetisi Liga 1 sebagai ajang seleksi yang mumpuni dalam meningkatkan skill dan mental bertanding pemain yang dibutuhkannya. Maka tak ayal, sesi latihan timnas yang bisa terbilang singkat, bisa ia maksimalkan dengan baik.

Soal ini Milla pernah mengatakan bahwa seorang pemain harus ditempa keras lewat sebuah kompetisi. Mereka harus punya jam terbang tinggi sehingga saat dipanggil timnas ia telah siap secara fisik dan mental.

Hasilnya nama-nama seperti Irfan Jaya menjadi wajah baru yang menghiasi timnas. Permainannya apik, begitu padu dengan permainan tim.

Luis Milla juga sangat piawai dalam membaca sebuah pertandingan (reading the game). Ia dapat membaca kemampuan serta kekurangan lawan dengan baik dan menterjemahkannya ke dalam strategi permainan tim.

Setiap pelatih memang dituntut memiliki rancangan strategi yang kaya. Namun membaca jalannya sebuah pertandingan dan memutuskan pemain-pemain yang tepat, Milla salah satu yang terbaik.

Buktinya adalah laga-laga selama babak penyisihan grup dan 16 besar Asian Games. Indonesia yang beberapa kali tertinggal atau tertekan di babak pertama, mampu membalikkan keadaan bahkan menang besar.

Hal itu tidak lepas dari kejelian Milla dalam melihat celah kelemahan lawan dan mengeksplorasinya melalui pemain-pemain yang tepat. Terakhir, Milla mampu menaikkan mental para pemain dan menjaganya dengan baik.

Apa yang dimiliki Luis Milla tentunya tidak bisa diterapkan jika pemain tidak memiliki mental bertanding yang baik. Mental dimana saat kondisi tertinggal namun tetap tenang dan berusaha terus hingga titik terakhir.

Hal yang paling sahih adalah kala menghadapi UEA. Dua kali tertinggal, dua kali timnas menyamakan kedudukan. Timnas tidak menunjukkan permainan frustasi seperti kerap melesatkan umpan jauh atau lebih terbawa emosi di saat tertinggal.

Memang ada beberapa pemain yang masih menunjukkan tabiat itu, namun semuanya bisa diatasi dengan baik oleh Milla. Ia mampu menekankan filosofi bermain yang tinggi pada masing-masing pemain.

Bagaimana mengatur diri saat seri, bagaimana fokus di saat menang, dan bagaimana menaikkan mental kala tertinggal.

Tidak hanya di dalam lapangan, Milla juga piawai dalam menjaga pemain-pemainnya di luar lapangan. Meski perhatian pada penggawa timnas begitu tinggi selama perhelatan Asian Games, namun Milla mampu menjaga seluruh timnya dari ekspose berlebihan dari berbagai pihak.

Milla secara keseluruhan berhasil menaikkan kualitas permainan individu dan tim. Milla piawai membaca pertandingan dan menentukan strategi permainan dan sangat adaptif dan responsif dengan kondisi di lapangan.

Sebuah standardisasi tinggi yang diciptakan oleh Milla. Tidak hanya bagi timnas atau PSSI, tapi juga bagi masyarakat dan publik sepak bola tanah air.

Kini semua bergantung kepada Luis Milla. Apakah menerima tawaran PSSI dan meneruskan romantisme sepak bola bersama publik sepak bola tanah air dan bersama-sama mengepakkan sayap Garuda ke tempat yang lebih tinggi, atau menolak mentah-mentah tawaran itu.

Melihat kesedihan Milla yang gagal dan kedekatannya dengan para pemain, tentu ada harapan besar untuk Milla kembali. Kita semua tentu berharap yang terbaik untuk timnas.

PSSI sudah tentu sebagai pengampu sepak bola tanah air meski memikirkan bagaimana menciptakan pelatih-pelatih yang memiliki visi dan kemampuan seperti Milla. Karena Milla sudah meninggalkan warisan permainan dan mental sepak bola yang tinggi.

*) Penulis adalah redaktur republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement