Selasa 31 Jul 2018 16:49 WIB

Ancaman Boikot dan Ketar Ketir Qatar Jelang Piala Dunia 2022

Tujuh negara Arab telah memboikot putaran Final Piala Dunia Sepakbola 2022,

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan), Presiden FIFA Gianni Infantino (tengah) dan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani berfoto dalam pertemuan di Kremlin, Moskow, Rusia, Ahad (15/7).
Foto: Alexei Nikolsky, Sputnik, Kremlin Pool Photo via AP
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan), Presiden FIFA Gianni Infantino (tengah) dan Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani berfoto dalam pertemuan di Kremlin, Moskow, Rusia, Ahad (15/7).

Oleh: Selamat Ginting, Jurnalis Republika

Dua pekan sudah Piala Dunia (PD) 2018 di Rusia, berakhir. Pesta sepakbola jagat raya itu akan beralih dari zona Eropa ke zona Asia, empat tahun ke depan.

Qatar sudah ditetapkan sebagai host PD 2022 mewakili jatah benua Asia. Negeri para Emir itu menginginkan PD 2022 menjadi sumber kebanggaan bangsa Arab. Juga mempersatukan Timur Tengah.

"Kami berharap Piala Dunia 2022 yang pertama kali digelar di Timur Tengah itu dapat mempersatukan kembali bangsa Arab yang sebelumnya terpisah," kata Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani sebagaimana dikutip Al Jazeera, Selasa 17 Juli 2018 lalu.

Namun, apa yang sesungguhnya terjadi?

Fakta tujuh negara Arab telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar. Mereka juga memboikot Qatar sebagai tuan rumah PD 2022.

Tujuh negara jazirah Arab itu adalah:

Arab Saudi, Mesir, Bahrain, Uni Emirat Arab, Libia, Yaman dan Maladewa. Dari tujuh negara tersebut, Arab Saudi dan Mesir menjadi peserta PD 2018 lalu.

Pemutusan hubungan ini disusul dengan blokade darat, laut dan udara terhadap posisi Qatar.

Tidak terasa hukuman terhadap Qatar ini sudah berlangsung satu tahun lamanya dan tak ada tanda-tanda dihentikan.Pasalnya, negara-negara jazirah Arab itu serempak menuding Qatar mendanai kelompok teroris dan terlalu dekat dengan Iran. Namun tuduhan tersebut berkali-kali dibantah Qatar.

Kendati Qatar diblokade oleh sejumlah negara Arab, namun aksi tersebut tak menyurutkan persiapan menyambut PD 2022, empat tahun mendatang. Al Jazeera dalam laporannya menyebutkan, Qatar sedang membangun delapan stadion besar untuk pertandingan. "Semuanya on schedule dan diharapkan siap digunakan dua tahun menjelang kicks off Piala Dunia."

Pemutusan hubungan terhadap Qatar mengancam pangan, penerbangan dan tentu saja persiapan PD 2022.

Negara kecil berpenduduk sekitar 2,7 juta jiwa di pesisir timur laut Semenanjung Arab ini, berusaha keras meyakinkan dunia. Mereka nyatakan sanggup menjadi tuan rumah PD 2022.

Namun, dampak boikot juga tidak main-main. Maskapai penerbangan berbasis di Abu Dhabi, Etihad Airways dan maskapai berbasis di Dubai, Emirates, misalnya. Mereka telah membekukan semua penerbangan dari dan ke Doha, sejak awal Juni 2017 lalu.

Padahal, selama ini kedua maskapai penerbangan itu mengoperasikan empat penerbangan pergi-pulang ke Doha.

Maskapai penerbangan berbiaya murah FlyDubai dan Air Arabia juga membatalkan penerbangan rute ke Doha, bersama maskapai lain, termasuk Bahrain Gulf Air. Egyptair menempuh langkah yang sama.

Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir juga menutup wilayah udara bagi maskapai penerbangan Qatar, Qatar Airways. Dengan demikian, perkembangan terbaru ini membuat banyak hal dipertaruhkan.

Sudah pasti, maskapai penerbangan nasional Qatar menjadi pihak yang paling dirugikan. Penerbangannya ke kota-kota seperti Dubai, Abu Dhabi, Riyadh dan Kairo berhenti. Artinya, puluhan penerbangan tak beroperasi setiap hari.

Pangan dan konstruksi

Secara alamiah, negara-negara padang pasir kesulitan untuk menanam tanaman pangan. Kelangkaan pangan merupakan masalah khusus bagi Qatar. Sebab, jalan satu-satunya masuk lewat darat adalah perbatasan tunggal dengan Saudi.

Setiap hari ratusan lori melintasi perbatasan. Pangan satu satu pasokan utama. Sekitar 40% pasokan pangan Qatar diyakini masuk lewat rute ini.

Arab Saudi menyatakan menutup perbatasan tersebut. Ketika lori berhenti beroperasi, maka Qatar akan tergantung pada pengiriman udara dan laut.

"Hal itu akan serta merta mendongkrak inflasi dan yang akan berdampak langsung pada warga Qatar," kata Ghanem Nuseibeh, direktur perusahaan konsultan Cornerstone Global.

Dia menggarisbawahi, banyak warga miskin berbelanja bahan makanan ke Arab Saudi setiap hari atau setiap pekan karena harganya lebih murah. Jelas penutupan perbatasan tidak akan memungkinkan hal itu.

Pelabuhan baru, zona layanan kesehatan, proyek metro dan delapan stadion untuk PD 2022 adalah sebagian dari proyek konstruksi besar yang sedang digarap Qatar sekarang ini. Bahan-bahan penting, termasuk beton dan baja dikirim dengan kapal tetapi juga diangkut lewat darat dari negara tetangga, Arab Saudi.

Proyek-proyek di Qatar pun terancam macet atau tertunda karena kekurangan atau keterlambatan material. Langkah memutus hubungan berarti pula melarang warga negara dari Arab Saudi, Mesir, Bahrain, Uni Emirat Arab, Libia dan Yaman bepergian ke Qatar, tinggal di sana atau sekedar lewat, kata pemerintah Arab Saudi.

FIFA sebagai federasi tunggal sepakbola dunia memang telah memutuskan akan menggelar PD 2022 di Qatar. Keputusan menggelar di negeri kaya minyak itu menimbulkan kontroversi.

Penyebabnya antara lain, karena PD 2022 akan berlangsung pada pertengahan November-Desember, atau saat musim dingin. Padahal di situlah saat kompetisi domestik Eropa sedang berjalan. Saat suhu mendekati titik beku.

Apakah ini juga akan menjadi kebekuan bagi Qatar?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement