REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika tak ada aral melintang, sekitar 100 anak muda milenial akan berkumpul di Ballroom Usmar Ismail, Selasa (31/7) esok. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membahas pandangan Muslim milenial terhadap Pemilu 2019.
"Kita ingin menampung aspirasi kaum Muslim milenial dan membaca pandangan mereka terhadap pemilu 2019 nanti," ujar Fajar Ketua Sinergy 2019 kepada Republika, Senin (30/7).
Acara dengan tajuk 'Saatnya Bersinergi bukan Saatnya Saling Membenci' ini akan menghadirkan pembicara antara lain Dr Ace Somantri selaku dosen Muhammadiyah, Bandung, dan Peneliti LSI Adjie Alfaraby. Tuan Guru Bajang sapaan M Zainul Majdi yang semula dijadwalkan menjadi narasumber utama, berhalangan hadir karena kesibukannya pascabencana gempa yang menimpa Lombok, Ahad (29/7) kemarin.
Dua narasumber ini nantinya akan membagikan pandangan mereka terhadap pemilu. Pun mereka akan membantu kaum milenial dalam melihat pemilu 2019 secara lebih objektif. "Kita ingin meningkatkan kesadaran kaum Muslim milenial ini. 30 sampai 40 persen pemilih kita bisa dikategorikan sebagai pemilih pemula," lanjut Fajar.
Di antara pemilih pemula ini, banyak yang tidak melek politik. Sehingga acara besok berfokus kepada kelompok Muslim dengan rentang usia 17 hingga 30 tahun tersebut.
Acara yang dibuat oleh sebuah organisasi yang menamakan diri mereka Sinergi 2019 juga melihat perdebatan politik di media sosial saat ini tidak mendidik. Banyak perdebatan yang muncul menggunakan bahasa-bahasa yang menjatuhkan. Sementara diperlukan gagasan dan pandangan yang objektif untuk melihat politik di Indonesia secara lebih jelas.
"Kita ingin mengarahkan kaum milenial ini bisa melihat secara objektif. Kita bangun jejaring dan mendekatkan diri kepada mereka," lanjut Fajar.
Kelompok sinergi ini pun tidak akan berhenti melakukan kegiatan sebatas diskusi. Ke depannya akan diadakan agenda lain seperti aksi sosial atau diskusi lanjutan.
"Cara pandangnya kita ingin pemilu yang adem. Perbedaan kelompok politik tidak lantas membuat kita saling membenci dan mengeluarkan bahasa-bahasa yang tidak mendidik," ucap Fajar.
Acara yang akan berlangsung dari pukul 12:00 hingga 17:00 ini diharapkan dapat membuka pandangan kaum muslim milenial. Acara ini terbuka untuk umum dan akan ditambah dengan kegiatan tausiyah. "Siapapun yang menjabat, pasti ada kurang dan lebihnya. Jika bagus harus diapresiasi, dan bila kurang diberikan kritik yang membangun. Jangan berlandaskan like atau dislike sosoknya," lanjutnya.