Selasa 17 Jul 2018 19:27 WIB

Kabar Montpellier: Uyel-uyelan di Rumah Nonton Prancis Juara

Pada malam final di luar rumah heboh. Ada nobar di kantor wali kota Montpellier.

Dini Kusmana Massabuau (paling kanan), bersama teman-teman di Prancis.
Foto: Dini Kusmana Massabuau
Dini Kusmana Massabuau (paling kanan), bersama teman-teman di Prancis.

Oleh: Dini Kusmana Massabuau, Jurnalis senior yang tinggal di Prancis

Bonjour, Assalamualaikum ...

Alhamdulillah, hujan besar akhirnya, setelah Prancis diliputi hawa panas selama sebulan ini, rasanya turun hujan betul-betul merupakan karunia. Musim panas ini, beda memang. Kami tidak mudik (ke Indonesia--Red). Sedih tidak usah ditanya.

Tapi, urusan anak lebih utama. Alhamdulillah, orang tua bijak banget sampai saya dipesan sebagai ibu wajib mendampingi pendidikan anak dan segala urusan mereka sampai tuntas.

Maka, mulai dari daftar kuliah yang harus diurus bolak-balik, soal beasiswa bagi si sulung, permintaan kelas Jerman untuk anak saya Bazile, semua memakan waktu. Alhamdulillah, Bazile sudah kelar urusannya minggu lalu. SMP itu menelepon kami. Dia diterima di kelas Jerman. Sedangkan, Adam masih wira-wiri.

Memang si sulung masih tinggal dengan kami, tapi harus mulai mandiri. Keuangan mulai kami pisah, asuransi kesehatan dia sudah punya sendiri sekarang. Dan, masih banyak hal lainnya.

Dia pun ikut kursus kedokteran privat yang dimulai bulan Agustus depan. Ini untuk membantu kuliah dia di fakultas nantinya.

Akhirnya, memang kami tidak memungkinkan untuk mudik tahun ini. Bahkan, ultah 'kang Bule' (suami--Red) yang tadinya di luar kota sambil lihat final Piala Dunia pun menjadi batal. Ini karena Jumat lalu secara dadakan Adam ada janji dengan kampus.

Dulu kami bilang, wah lihat final Piala Dunia bakalan di Indonesia nih. Ternyata, rencana berubah.

Tapi, saya malah merasa sangat berkesan. Melihat Piala Dunia sekeluarga, di kamar indung-bapaknya, di atas tempat tidur, uyel-uyelan, teriak heboh setiap ada gol. Sambil saya Whatsapp sama orang tua di Tanah Air.

Memang kami tidak keluar kita untuk nobar layar besar. Melihat hebohnya suasana cukup dari jendela bisa melihat bagaimana mobil motor orang lalu-lalang.

Adam selalu melihat pertandingan dengan teman-temannya. Mereka menonton di layar besar atau nobar istilahnya. Dan, di keluarga, saya dan anak-anak yang suka bola. Bapakna tetep wae tenis nomor hiji. Teu tiasa digugat.

Tapi, ketika final kami semua malah satu tempat tidur. Adam malah tidak jadi nobar di gedung wali kota. Saya pun memilih batal wawancara. Anak-anak malah rebutan bantal cari posisi enak masing-masing.

Saya selaku ibunya tentu saja akan mengingat kenangan ini sebagai momen indah. Prancis, negara tempat kami berpijak meraih bintang kedua.

Tapi, bagi saya dua bintang itu adalah kedua anak saya. Akankah mereka mengingat hal ini? Seperti kami menikmati sebagai orang tua?

Semoga mereka tidak menyesal tidak keluar, berpesta, heboh, dan lain-lain. Saya coba tanya soal ini, jawaban mereka lempeng.

"Yang penting kan Prancis menang. Lihat di mana aja sama saja" (nggak tahu ya dalam hati mereka, lo).

Tahun 1998 saat Prancis menang, saat itu si akang datang dan bekerja di Bandung.

Siapa yang sangka 20 tahun kemudian, kami menjadi berempat. Melihat final bersama dalam satu tempat tidur, rebutan bantal, nikmatin pempek, dan teriak barengan.  

Waalaikumsalam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement