Kamis 12 Jul 2018 19:10 WIB

Empat Negara Ramaikan Festival Silat Internasional di Padang

Penyelenggaraan ini untuk mengembalikan lagi muruah silat yang berasal dari Sumbar.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Friska Yolanda
Festival Silat Internasional (FSI) 2018 digelar di Padang, Sumatra Barat pada 12-15 Juli 2018. Ajang ini diikuti empat negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Suriname.
Foto: Republika/Sapto Andika Candra
Festival Silat Internasional (FSI) 2018 digelar di Padang, Sumatra Barat pada 12-15 Juli 2018. Ajang ini diikuti empat negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Suriname.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Empat negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Suriname bakal berlaga di Festival Silat Internasional (FSI) 2018 di Kota Padang, Sumatra Barat. Gelaran yang berlangsung 12-15 Juli 2018 ini diikuti 78 pesilat dari mancanegara dan 858 pesilat Nusantara. Ajang silaturahim pesilat antarbangsa ini juga menyuguhkan uang pembinaan senilai Rp 110 juta, di samping medali dan piagam.

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sumatra Barat, Adib Alfikri, menyebutkan FSI merupakan ruang bagi pesilat dari Tanah Minang untuk mengembalikan lagi muruah silat yang berasal dari Sumbar. Pemprov Sumbar juga merestui agar ajang yang sudah dua kali diadakan ini bisa dijadikan festival tahunan.

Festival Silat Internasional, ujar Adib, juga bisa dijadikan alat promosi untuk mengenalkan budaya dan potensi pariwisata Sumatra Barat. Dalam penyelenggaraan FSI tahun-tahun mendatang, panitia juga berencana mengundang lebih banyak peserta dari negara yang lebih beragam. 

"Kita kabarkan pada dunia bahwa di sinilah silat itu berasal. Di sinilah Silek-Silek Tuo itu berasal," katanya saat membuka Festival Silat Internasional di Kyriad Hotel, Kamis (12/7).

Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) Erizal Chaniago menambahkan, FSI pada prinsipnya bukan sebagai ajang kompetisi atau perlombaan bagi pesilat. Ajang ini lebih bersifat sebagai gelanggang untuk memperkenalkan berbagai aliran silat yang ada, baik dari Nusantara atau dari mancanegara.

"Ini adalah festival, bukan perlombaan. Gelanggang ini dibuat untuk silat-silat ini bisa dikenal banyak orang dan tidak punah," ujarnya.

Ia juga mengajak pesilat dari luar negeri untuk memanfaatkan momentun ini untuk mengenal kembali tanah kelahiran silat. Menurutnya, ratusan aliran silat dari Tanah Minang dan daerah lain di Indonesia kemudian berkembang ke daerah dan negara lain. 

"Untuk teman-teman dari luar negeri, manfaatkan kesempatan ini untuk melihat silat langsung dari tanahnya. Melihat keaslian silat langsung di negeri asalnya," katanya. 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement