REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Mohamad Riadz bin Tan Sri Mohamad Hashim, Ketua Bahagian Parti Pribumi Bersatu Malaysia
Lihat bagaimana Perdana Menteri Malaysia yang baru, Tun Dr Mahathir bin Mohamed, menjinakkan negara gergasi Cina. Hanya beberapa tahun yang lalu, perusahaan otomotif nasional Malaysia, PROTON, telah dijual 49 persen oleh pemerintah Dato Seri Najib Razak kepada Geely. Geely merupakan sebuah syarikat pengeluar kereta (perusahaan manufaktur mobil) dari negara Cina. Ia merupakan antara titik sejarah hitam Malaysia. PROTON CEO yang dilantik seringkali merupakan warga Malaysia bangsa Melayu. Namun, setelah Geely membeli saham minoriti PROTON, CEO yang dilantik merupakan warga negara Cina. Setidaknya, banyak para profesional Malaysia yang layak memimpin perusahaan manufaktur mobil nasional pertama tersebut.
Setelah Tun Dr Mahathir Mohamed menang di Pilihanraya Umum ke-14, di antara agendanya adalah dalam menolak proyek-proyek yang tidak menguntungkan Malaysia. Proyek kereta api pantai timur atau ECRL telah diberikan kepada negara Cina secara perundingan tertutup. Proyek ini bakal menelan belanja sekitar RM55 miliar atau USD15 miliar. Oleh kerana perjanjian ini dibuat secara tertutup, kertas perjanjian ini hanya dapat dibuka serta dibaca setelah memenangi pilihanraya dan mengambil alih kerajaan.
Alangkah terkejutnya kerajaan baru apabila dikesan proyek ini bukanlah proyek pelaburan dari negara Cina. Ia merupakan proyek dimana negara Cina meminjamkan 85 persen daripada biaya keseluruhan. Juga yang membebankan, teknologi, tenaga kerja, peralatan, hampir kesemuanya adalah dari negara Cina. Malaysia hanya akan menanggung biaya proyek ini dengan membayar balik hutang yang berat sebelah. Proyek ini juga adalah proyek yang jauh lebih mahal jika dibandingkan dengan proyek serupa di negara Eropah.
Tindakan selanjutnya yang dibuat oleh Tun Dr Mahathir adalah melawat negara Jepang. Dikirim juga Menteri Kewangan ke negara Cina. Keduanya pergi dengan tujuan untuk berunding. Negara Cina pada mulanya enggan berunding. Namun, setelah Tun Dr Mahathir bertemu dengan Jepang, serta mengunkapkan ide akan proyek mobil nasional yang baru, ini telah menggugat kedudukan syarikat Geely di dalam PROTON. Tun Dr Mahathir juga mengungkapkan, kerajaan yang dipimpinnya untuk tidak berhasrat untuk mengambil alih PROTON. Atas situasi ini, belum sempat berunding, Cina tiba-tiba setuju dengan hampir semua syarat-syarat yang dikenakan oleh Malaysia.
Nah. Dengan negara raksasa dan terkaya dunia pun, Malaysia pun mampu menjinakkan. Kenapa Malaysia mampu? Ini adalah kerana adanya ilmu dan semangat sayang tanah air sendiri. Ini juga kerana sikap amanah yang tinggi. Alangkah hebatnya satu bangsa dan negara, kiranya semua pemimpinnya adalah jujur dan amanah disetiap aspek kehidupan harian, apatah lagi apabila bergelar pemimpin.
Satu dunia tahu, apabila berunding dengan Cina, korupsi pasti berlaku. Insentif sana sini yang hanya mengayakan individu, tetapi merugikan negara dilemparkan. Perkara ini, sekiranya sayangkan diri sendiri dan negara sendiri, inginkan kemewahan dunia, ini tidak akan membekas dihati pemimpin maupun semua ahli warga negara. Warga negara sendiri akan mau memperbaiki diri sendiri apabila melihat pemimpin-pemimpin jujur dan amanah.
Di negara Asia, korupsi memang luar biasa, sehingga ia dianggap amalan normal. Berbeda dengan di negara-negara Eropah. Bagaimana ini boleh berlaku sedangkan ramai umat Islam menetap di Asia? Dimana nilai-nilai Islam dan sifat-sifat Rasul Allah SAW berada di dalam dada umat Islam? Apakah umat Islam sendiri tidak lagi percaya akan ajaran Alquran dan ajaran Rasulullah SAW? Shalat Jumatan penuh. Shalat Idul Fitri penuh. Tapi, korupsi, gak apa-apa? Halal? Pastinya tidak.
Tun Dr Mahathir ahli pemikir yang penuh strategis. Beliau tidaklah tampak Islamist namun tindak tanduk Tun Dr Mahathir amat Islamik sekali. Tidak takut pada negara raksasa dan terkaya seperti Cina dan Amerika. Malahan tidak gentar berhadapan dengan sesiapapun.
Bangsa di Nusantara mampu bangkit bersama menjadi satu bangsa yang kuat dan berani kiranya sikap jujur dan amanah menjadi pegangan utama.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
