Sabtu 12 May 2018 10:06 WIB

Kembalinya Iron Fist dan Little Soekarno

Skandal dana 1MDB menjadi alat politik Mahathir untuk merebut dukungan pemilih

Nidia Zuraya, wartawan Republika
Foto: Dok. Pribadi
Nidia Zuraya, wartawan Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nidia Zuraya*

Kekalahan Najib Razak dan mesin politiknya, Barisan Nasional, dalam Pemilihan Umum Malaysia ke-14 sudah bisa diprediksi sedikit sejak awal. Skandal korupsi multi-miliar dolar dana investasi milik Pemerintah Malaysia, 1Malaysia Development Berhad atau 1MDB, telah mencoreng nama Najib Razak dan Pemerintah Malaysia hingga kancah internasional.

Tak hanya menyeret nama Perdana Menteri ke-6 Malaysia ini, skandal korupsi dana 1MDB juga melibatkan miliuner Malaysia Low Taek Jho dan menyeret beberapa nama pesohor dunia. Sejumlah pesohor dunia yang disebut-sebut ikut menikmati aliran dana 1MDB adalah aktor Leonardo DiCaprio dan supermodel Australia Miranda Kerr. 

Penyelidikan terhadap skandal korupsi dana 1MDB tidak hanya dilakukan oleh aparat hukum di Malaysia saja. Biro Penyelidik Federal Amerika Serikat (FBI) dan Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) juga ikut menyelidiki skandal mega korupsi ini.

1MDB, yang digagas Najib, awalnya dibentuk sebagai dana umum untuk mendorong ekonomi nasional. Skandal 1MDB ini akhirnya mendorong Mahathir Mohamad, yang pernah menjadi mentor Najib Razak, kembali ke kancah politik Malaysia sejak ia lengser dari kursi Perdana Menteri pada 2003 silam.

Dalam sebuah wawancara dengan BBC baru-baru ini Mahathir menyebut kembalinya dia ke kancah politik karena tidak mampu mengabaikan praktik korupsi yang merajalela di negara itu. "Saya tidak pernah mengira putra perdana menteri yang tersohor mau menjadi pencuri. Dan ini adalah tuduhan dari Departemen Kehakiman AS, bukan kita yang mengatakan demi politik, tidak," ujarnya saat itu.

Namun, siapa yang menyangka kembalinya tokoh yang pernah dijuluki oleh pers Australia sebagai Little Soekarno ini ke kancah politik Malaysia justru membawanya kembali ke kursi perdana menteri yang sudah ia tinggalkan selama 15 tahun.

Untuk mengalahkan Najib dan Barisan Nasional memang tidak mudah, meski Mahathir memiliki segudang pengalaman dalam berpolitik. Koalisi Najib telah lama mengandalkan dukungan dari mayoritas etnis Melayu di Malaysia.

Sementara Mahathir, ibaratnya sebuah produk, ia memiliki sejumlah cacat. Selain faktor usia yang tidak lagi menjual di kalangan pemilih muda, Mahathir juga dikenal sebagai penguasa bertangan besi (iron fist) saat ia menjabat sebagai perdana menteri selama 22 tahun.

Sejarah pernah mencatat, bagaimana ia menjebloskan Anwar Ibrahim yang pernah menjadi kawan politiknya ke penjara pada 1999 silam. Hukuman kepada Anwar saat itu adalah kali pertama dari serangkaian hukuman berikutnya atas tuduhan sodomi.

Mahathir dan Anwar dulu berstatus sebagai perdana menteri dan wakil perdana menteri sebelum Anwar kemudian dipecat pada 1998 dan dituduh melakukan korupsi.

Kendati hanya sedikit yang memperkirakan Mahathir akan menang melawan Najib, namun faktanya ia mampu menghadang mesin politik Najib, Barisan Nasional, yang sudah berkuasa selama 60 tahun. Mahathir berhasil meyakinkan Anwar Ibrahim dan keluarganya untuk berkoalisi dengannya dan bersama-sama mengeksploitasi kekecewaan publik atas skandal korupsi dana 1MDB.  

Bahkan, Mahathir berjanji untuk meminta pengampunan kerajaan bagi Anwar jika memenangkan pemilihan. Setelah Anwar bebas, Mahathir akan mengundurkan diri dan membiarkan Anwar menjadi perdana menteri.

Putri Anwar, Nurul Izzah, mengaku sepakat bekerja sama dengan Mahathir karena pemilu kali ini bukanlah tentang dirinya, tapi tentang Malaysia, tentang para pemilihnya. Selain itu, kata dia, sudah ada permintaan maaf dari pihak Mahathir.

Kepemimpinan tangan besi juga ditujukan Mahathir saat pemerintahannya meredam aksi protes dengan menahan lebih dari 100 orang dalam insiden yang disebut Operasi Lalang pada 1988. Namun selama berkuasa dari 1981 hingga 2003, Mahathir berhasil membawa rakyat Malaysia dalam kesejahteraan.  

Mengenai dosa-dosa di masa lalu, pada Desember 2017, dalam pernyataan singkat, Mahathir meminta maaf atas segala kesalahan selama 22 tahun masa pemerintahannya.

Lalu, setelah dipastikan menang, apakah Mahathir akan menghukum Najib yang dibayang-bayangi dengan skandal korupsi dana investasi negara, dan merealisasikan janjinya ke Anwar Ibrahim?

*) Penulis adalah Redaktur Republika Online

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement