Ahad 29 Apr 2018 16:20 WIB

Pagi Ini Ratusan Hijaber Berlari untuk Donasi

Peserta berpartisipasi mendonasikan kaki palsu ke lima penerima.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Indira Rezkisari
Para peserta Hijaberlari memasuki garis finish pada Ahad (29/4). Hijaberlari diselenggarakan sebagai ajang olahraga sekaligus berdonasi kaki palsu bagi penyandang difabel.
Foto: Republika/Christiyaningsih
Para peserta Hijaberlari memasuki garis finish pada Ahad (29/4). Hijaberlari diselenggarakan sebagai ajang olahraga sekaligus berdonasi kaki palsu bagi penyandang difabel.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olahraga lari kini tak hanya dipandang sebagai olahraga biasa namun bagi sebagian masyarakat perkotaan lari telah menjadi bagian dari gaya hidup. Tak heran banyak ajang maraton selalu dibanjiri peserta. Pada Ahad (29/4), acara lari bertajuk Hijaberlari diselenggarakan di area car free day sekitar Gelora Bung Karno.

Acara diikuti oleh ratusan Muslimah berhijab dan terbagi dalam tiga kategori. Ketiga kategori itu meliputi kategori 5K, 10K, dan Family Run. Menurut Direktur PT Ikratama Mandala yang memayungi Saliha.id, Dody Jufiprianto, para peserta tak sekadar berlari sebagaimana umumnya maraton biasa.

"Para peserta juga diajak berdonasi untuk menyumbangkan kaki palsu kepada saudara kita penyandang difabel," kata Dody saat ditemui di acara Hijaberlari, Ahad (29/4).

Acara ini berhasil menjaring sekitar 500 peserta. Dari partisipasi para peserta terkumpul donasi berupa kaki palsu yang akan diberikan kepada lima penerima.

"Kami bekerja sama dengan Bazis DKI Jakarta untuk penyaluran kaki palsu. Setelah acara ini, kami juga akan bekerja sama dengan lembaga amil zakat lain untuk menyelenggarakan run for charity lagi," jelas Dody. Ia mengungkapkan sudah ada dua lembaga amil zakat, infaq, dan sodaqoh yang tertarik untuk berkolaborasi mengadakan acara serupa.

Wiwin Harsini adalah salah satu penyandang difabel yang menerima manfaat dari Hijaberlari. Wanita yang tinggal di Tanjung Priuk ini terpaksa harus kehilangan satu kakinya karena mengalami kecelakaan saat bekerja sebagai ojek daring. Sejak 2015 ia menjalani hidup di kursi roda dan tidak bisa lagi mencari nafkah untuk keluarga.

"Semoga dengan bantuan kaki palsu saya bisa beraktivitas lagi seperti dulu. Dengan satu kaki saya kesulitan mengerjakan apa-apa sendiri, bahkan mencuci pun tidak bisa karena kaki cepat pegal," kata Wiwin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement