Sabtu 28 Apr 2018 00:04 WIB

Ayo, Dukung (Indra Sjafri) Timnas U-19

Penunjukan Indra Sjafri mengganti Bima Sakti adalah langkah tepat.

Wartawan Republika, Israr Itah
Foto: Dok, Pribadi
Wartawan Republika, Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Israr Itah*

PSSI membuat keputusan cukup mengejutkan tengah pekan ini. Otoritas tertinggi sepak bola Tanah Air ini menyampaikan kepada awak media keputusan mengangkat kembali Indra Sjafri sebagai pelatih timnas U-19. Padahal, Indra sebelumnya diberhentikan oleh PSSI karena dianggap gagal memoles skuat Garuda Nusantara.

Timnas U-19 gagal lolos dari Grup F pada kualifikasi Piala Asia U-19 di Korea Selatan, November 2017 silam. Padahal, ajang tersebut sejatinya hanyalah untuk menambah jam terbang dan menguji tim karena Indonesia sudah dipastikan lolos sebagai tuan rumah. Namun PSSI tak memandang itu. Kekalahan telak 0-4 dari Korea Selatan dan 1-4 dari Malaysia membuat Indra didepak.

PSSI kemudian menunjuk asisten pelatih timnas U-23 Bima Sakti Tukiman memoles timnas U-19. Tapi baru beberapa bulan memegang tim, PSSI menarik mandat dari Bima dan menyerahkannya kembali ke Indra.

Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI Joko Driyono mengungkapkan, alasan pemilihan Indra didasarkan pada rancangan ide pengembangan pemain muda yang sesuai dengan pelatih timnas U-23 dan senior, Luis Milla Aspas. Selain itu, waktu persiapan timnas U-19 yang mepet dengan putaran final Piala AFF U-18 yang berlangsung pada awal Juli di Jakarta menjadi pertimbangan.

PSSI menargetkan Indonesia juara pada ajang ini serta masuk empat besar Piala Asia U-19, turnamen yang akan digelar di Indonesia pada pertengahan Oktober hingga awal November 2018. Empat besar berarti tiket ke putaran final Piala Dunia U-20.

Sejak awal, saya termasuk yang kontra atas pelengseran Indra dari timnas U-19 dan menyambut baik pengangkatan pria berdarah Minang ini kembali. Bukan sekadar menganggap Indra sosok yang punya kapasitas mumpuni untuk menangani tim usia muda. Bukan pula karena menganggap Bima tak layak. Akan tetapi di atas semuanya, menurut saya, pelatih timnas usia muda tak bisa menangani tim dalam waktu sekejap. Apalagi menilainya tak cakap hanya karena gagal dalam satu turnamen pemanasan.

Turnamen pemanasan sedianya hanya menambah jam terbang pemain serta melihat kekurangan dalam tim. Segala kekurangan dievaluasi untuk perbaikan agar tim makin tangguh ketika berlaga pada ajang sesungguhnya yang ditargetkan meraih prestasi.

Mari kita kembali ke saat Indra menukangi timnas U-19. Permainan Egy Maulana Vikri dkk mirip dengan timnas U-19 yang menjadi juara Piala AFF 2013. Timnas U-19 kali ini bermain agresif dengan operan bola pendek diselingi umpan panjang. Sejumlah variasi terlihat, tapi tak begitu banyak berbeda dibandingkan permainan timnas U-19 saat dipimpin Evan Dimas Darmono.

Kelemahan di timnas U-19 edisi 2013 kembali terlihat kali ini. Egy dkk kesulitan mencetak gol walau punya sederet peluang. Strategi pria kelahiran Lubuk Nyiur, Sumatra Barat ini kerap terbaca dan bisa diredam lawan. Namun, Indra seperti kukuh pada game plan awal. Ia tak banyak terlihat menerapkan kontra strategi, ataupun bila melakukannya acap terlambat.

Di luar lapangan, bagi sebagian pihak, Indra sosok percaya diri berlebihan. Ia kerap mengumbar komentar yang berakhir pahit untuk timnya.

Namun di sisi lain, tim asuhan Indra sudah terbukti punya displin tinggi dan kompak. Optimisme mereka kuat, baik sebagai tim maupun personal. Indra juga menanamkan rasa hormat, latihan keras, dan mengajarkan pemainnya dekat dengan Tuhan. Indra bukan pelatih sempurna, tapi tak berarti tanpa kelebihan.

Mendepaknya di tengah jalan, saat turnamen sesungguhnya sudah berada di depan mata, buat saya bukanlah hal bijak. Terbukti selepas Indra, timnas U-19 krisis identitas. Karakter timnas U-19 yang meledak-ledak, agresif, dan enggan menyerah seolah hilang.

Mendudukkan Indra kembali sebagai pelatih timnas U-19 menurut saya langkah yang cukup bijak. Sebab, ia tinggal meneruskan kembali fondasi timnas U-19 yang sejak tahun lalu dibentuknya. Hubungan emosional dengan pemain juga lebih gampang dibangun ketimbang menggaet pelatih lain. Ini modal awal untuk bisa berbicara pada turnamen terdekat yang praktis hanya tinggal dua bulan lagi.

Persoalan strategi permainan, Indra pasti belajar banyak dari kegagalannya. Siapa pun tak mau kembali jatuh pada lubang yang sama. Apalagi, ia baru saja mengikuti kursus kepelatihan Pro AFC di Yogyakarta. Kursus ini diikuti sejumlah pelatih papan atas Tanah Air. Saya percaya ada diskusi di antara Indra dan para koleganya itu untuk kebaikan timnas. Indra juga pasti mendapatkan ilmu baru atau mempertajam berbagai taktik dan sederet game plan yang telah ia tanam di kepalanya.

Hanya waktu yang membuktikan keputusan PSSI ini tepat atau tidak. Saya berharap, langkah PSSI ini berakhir manis seperti pergerakan Bayern Muenchen yang menarik kembali Jupp Heynckes sebagai pelatih pada tengah musim ini. Saat Bayern limbung di tangan Carlo Ancelotti, Heynckes mengembalikan kekuatan raksasa Jerman itu. Sentuhan emosional dari kedekatannya dengan pemain karena sudah pernah memoles mereka sebelumnya menjadi senjata utama.

Kita semua pasti ingin melihat timnas U-19 berprestasi. Pada saat sekarang, yang perlu dan hanya bisa kita lakukan hanya mendukung timnas U-19. Anak-anak muda itu butuh lebih banyak sokongan dan sikap positif dibandingkan cercaan. Kritik dibarengi pilihan solusi untuk mengawal timnas U-19 juga wajib dialamatkan ke Indra.    

Ayo, dukung (Indra Sjafri) timnas U-19!

 

*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement