Sabtu 24 Mar 2018 10:20 WIB

Mahalnya Jadi Mama-Mama Instagram Masa Kini

Mama-Mama banyak yang mengikuti gaya mengasuh anak ala artis di media sosial

Parenting Online
Foto: REPUBLIKA/ PRAYOGI
Parenting Online

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Winda Destiana Putri*

Setiap orang tua selalu ingin yang terbaik untuk anak mereka. Bahkan, dari masa kehamilan semua orang tua sudah menyiapkan apa yang kiranya dibutuhkan oleh si jabang bayi. Mulai dari pakaian, asuransi kesehatan, hingga pendidikan. Kemajuan teknologi yang semakin pesat saat ini juga menjadi andil besar orang tua masa kini, terutama para mama muda menentukan standar hidup anak mereka.

Semakin berkembangnya tren pengasuhan anak, semakin pula orang tua terlena. Tanpa sadar, mereka terdorong oleh pesatnya hedonisme mama-mama muda di Instagram yang berbagi metode pengasuhan anak hingga gaya hidup anak-anak mereka.

Ironisnya, hal itu dilakukan sejak si anak berada dalam kandungan. Berbagai metode melahirkan pun muncul. Mulai dari persalinan dalam air seperti yang dipopulerkan oleh salah satu penyanyi jazz di Indonesia, Andien Aisyah. Hampir sebagian besar mama muda menginginkan hal yang sama. Lalu, berapa biaya untuk persalinan tersebut. Jawabannya, sangat mahal.

Hal itu menjadi perdebatan sendiri bagi para mama agar predikat ibu terbaik melekat pada diri mereka. Tak sedikit pula yang rela membayar dengan ongkos sangat besar demi menjadi ibu terbaik versi media sosial tersebut. Kalau kita tengok di Instagram, para mama muda tersebut bukan hanya membentuk suatu perkumpulan untuk sekedar berbagi tips. Standar ibu terbaik pun mulai terlihat dari apa yang mereka berikan kepada si buah hati. Mulai dari stroller bayi seharga sepeda motor, gym khusus bayi, les renang, spa, birthday club, sekolah bayi, atau bahkan mengenalkan mereka pada makanan organik, yang sebetulnya menekankan suatu merk peralatan makan jutaan rupiah ketimbang pola makanan tersebut.

Dan yang berperan besar dalam menentukan strata kaum ibu saat ini adalah si ibu sendiri yang sudah terpengaruh secara tidak langsung oleh akun-akun artis yang baru saja menjadi ibu muda seperti Andien, Nagita Slavina, Gisel Anastasia dan lainnya. Bayangkan saja, sejak melahirkan putranya, akun Instagram Andien semakin didominasi oleh ibu muda yang merasa tertarik dengan parenting yang ia terapkan. Mulai dari melahirkan di dalam air, merawat plasenta bayinya yang dibiarkan mengering dengan sendirinya, berbagi tips dan mode menggendong bayi dengan kain kekinian, bahkan menerapkan metode Baby Lead Weaning (BLW) saat putranya berusia 6 bulan.

Belum lagi Nagita Slavina yang memerlihatkan mainan untuk putranya di akun sosial media dengan harga yang cukup menguras kantong. Chelsea Olivia, Putri Titian, juga Gisel Anastasia yang seringkali memperlihatkan outfit anak-anak mereka tersebut agar bisa dilihat banyak orang.

Tidak ada yang salah dari apa yang para artis tersebut bagikan di media sosial. Hanya saja, bagaimana jika mama-mama muda ini melihat dan ingin nampak seperti mereka? Berapa biaya yang harus dikeluarkan? tentu tidak sedikit.

Untuk melahirkan di dalam air saja Anda perlu merogoh kocek sebesar Rp 10 juta. Belum lagi untuk membeli stroller milik putri Chelsea Olivia yang kisaran harganya mencapai puluhan juta. Atau mainan otomotif ala Rafatar yang harganya jelas menguras tabungan. Kain gendongan hits ala Andien saja harganya hampir satu juta rupiah sendiri. Lalu, apa kita hanya perlu cukup membeli satu kain saja? Tentu tidak bukan? Lalu bagaimana jika ada yang ingin seperti itu, tetapi kondisi finansial tidak mendukung? Karena sebagian besar insta mama adalah mereka yang hidup menengah ke atas. Bahkan membeli barang mahal saja tak perlu bekerja keras.

Kebetulan, saya berada di dalam sebuah grup parenting yang beranggotakan para mama-mama muda. Ada yang seusia saya, atau bahkan ada yang di bawah usia saya, malah juga ada yang usianya di atas saya. Isinya cukup menarik. Setiap hari aktifitas mama muda dan bayi mereka selalu diperbaharui. Masing-masing saling bertukar tips maupun pengalaman. Jujur saya cukup terbantu menjadi anggota di grup tersebut. Pasalnya, saya bisa mendapatkan informasi secara cepat, bila terjadi sesuatu pada anak saya, dan saya belum paham bagaimana cara menanganinya.

Tetapi, ada hal yang juga membuat saya tidak nyaman berada di dalam sana. Seperti yang saya bahas di awal. Kebanyakan, atau bisa dikatakan hampir sebagian member di dalamnya ikut terpengaruh tren, atau ya itu tadi, ingin menunjukkan mereka sudah menjadi ibu terbaik ala mama-mama instagram.

Ketika ada satu orang member yang baru saja pulang dari sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak paling mahal se Jakarta, katakanlah begitu, dia menceritakan anaknya habis di vaksin A, dengan dokter anak B. Lalu menceritakan kondisi anaknya yang baik-baik saja, karena sudah dibawa ke RSIA mahal yang notabene benar-benar terbaik versi dirinya. Belum tentu juga kan? Bisa saja memang kondisi anaknya sehat, bukan karena dengan siapa dan dimana ia mendapatkan vaksin.

Lalu dia dikomentari oleh para member lain, dan keesokan harinya, sudah ada beberapa orang mama yang mendadak pindah RSIA ke dokter anak tersebut, meski awalnya tidak. Untuk urusan kesehatan saja, banyak yang mudah terpengaruh karena itu tadi, bran.

Belum lagi bila ada member yang pamer habis mengajak anaknya ke spa. Spa baby saja berkisar Rp 500-1,5 juta sekali pertemuan. Atau sekedar menginformasikan mama A habis membeli produk untuk anaknya berupa alat pembunuh bakteri seharga Rp 3 juta. Lalu si mama B juga pamer habis beli satu set peralatan makan bayi seharga Rp 2 juta. Kemudian si mama C ikut-ikutan update habis mengajak bayinya ke acara Birth Club. Disana ia bercerita bagaimana keseruan para bayi-bayi tersebut meet up dengan anak seusianya. Padahal sesungguhnya ada obsesi orang tua yang diam-diam bersembunyi dari balik kegiatan tersebut. Jadi pada intinya, grup parenting tersebut terlihat seperti ajang pamer para mama muda tadi.

Kita pun harus berhadapan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Apakah kita mampu membeli stroller seperti milik Nastusha Olivia? atau anak kita cocok dengan metode BLW seperti yang diterapkan oleh Andien? mengajaknya spa, les renang, atau bahkan sekolah bayi? Apakah kita benar-benar membutuhkan semua itu atau hanya sekedar pamer, demi mendapatkan predikat ibu terbaik? Lalu, kalau kita tidak bisa seperti itu, apa kita menjadi seorang ibu yang gagal?

Pola pamer sebenarnya memang sudah ada sejak dahulu kala. Hanya saja Instagram saat itu belum setenar saat ini. Kalau kita lihat di kolom komentar para artis yang menjadi junjungan ibu muda tersebut, tidak sedikit yang mengatakan mereka menginginkan hal yang sama. Seperti, sepatunya bagus mbak, beli dimana? atau wah mom, anaknya seusia anak saya, kok sudah bisa jalan, anak saya belum. Lantas mereka merasa apa yang dilihat, harus sama dengan apa yang terjadi di dirinya.

Parenting ala insta mama saat ini sudah kelewat batas. Lebih baik sebelum Anda ikut-ikutan membeli apa yang mereka posting, tanyakan pada diri sendiri, apakah itu cocok untuk bayi saya, apakah itu diperlukan oleh bayi saya, apakah bayi saya bisa seperti anak itu.

Jangan sampai uang belanja bulanan habis digunakan untuk memberli keperluan yang sebenarnya tidak diperlukan. Lalu esok bingung mau makan apa. Karena pada dasarnya, parenting terbaik adalah parenting yang sesuai kebutuhan. Ibu dan anak saling melengkapi. Ibu yang melahirkan secara operasi, ibu yang tidak bisa memberikan ASI eksklusif, membelikan pakaian anak bran lokal, dan mengenalkan metode konvensional pada pola mengasuh bukan berarti tidak menjadi ibu yang baik. Karena yang pantas menilai ibu itu sudah menjadi yang terbaik, adalah anaknya sendiri. Bukan orang lain, apalagi postingan di instagram.

Happy Mommy

 

*) Penulis adalah Redaktur Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement