Jumat 16 Mar 2018 04:00 WIB

Surga Alam Bawah Sadar

Misteri surga kerap hadir dalam suara alam bawah sadar siapa saja.

Ady Amar
Foto: dok. Pribadi
Ady Amar

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ady Amar *)

Suara alam bawah sadar kerap muncul di benak siapa saja. Muncul secara tiba-tiba tanpa disadari, terlintas di pikiran begitu saja. Melihat negeri lain dalam membangun keadilan dan kesejahteraan, maka suara alam bawah sadarnya berkata, andaikan negeriku semacam yang digambarkannya dalam benak pikirannya itu.

Menyerupakan keinginan negeri lain dengan negerinya, begitu pula dengan sosok pemimpin negeri lain yang bekerja sungguh-sungguh untuk kemakmuran rakyatnya pun kerap muncul dalam suara alam bawah sadarnya. Dimana keinginan pemimpin negerinya sama dengan pemimpin negeri lain, yang digambarkan dengan sosok mulia dalam gambarannya.

Suara alam bawah sadar jika dikelola dengan baik dan diwujudkan dalam tindak nyata maka akan memunculkan sesuatu sebagaimana yang diharapkannya. Begitu pun sebaliknya, jika suara alam bawah sadar itu sesuatu yang negatif, maka hasilnya pun, jika diwujudkannya, akan menuai hasil negatif. Semua berpulang pada kemampuan mengelola alam bawah sadar itu dengan baik.

Adalah almarhum Syekh Mahmud Syaltut, Rektor Universitas al-Azhar Mesir, saat berkunjung ke Indonesia di sekitar pertengahan tahun 1970-an, menyaksikan pemandangan indah dari ketinggian Puncak, Bogor, berkata, “Seandainya surga seperti ini, sudah cukup.”

Pemandangan di Puncak memang mengagumkan. Jika kita berada di atas dan menyaksikan pemandangan membentang ke bawah, yang tampak adalah pohon-pohon teh yang berjajar rapi, laksana karpet hijau tebal, yang dibelah oleh jalan yang berkelok-kelok dengan kendaraan yang melintasinya bererotan, menjadikan panorama keindahannya mempesona mata batin kita.

Mengapa tiba-tiba Syekh Syaltut menautkan pemandangan indah yang dilihatnya itu dengan surga? Itulah “suara alam bawah sadar”. Tampaknya, setiap orang memiliki suara alam bawah sadar dalam memaknai dan mendambakan surga, sebagai tempat abadi, dimana kenikmatan yang ada di dalamnya akan kekal selamanya. Maka, surga menjadi tujuan dan pengharapan, karena tidak ada tujuan dan pengharapan utama melebihinya.

Surga (jannah) tiba-tiba menjadi sebuah kata untuk melukiskan sesuatu yang kita anggap indah, menakjubkan dan hal-hal lain yang mempesona mata batin kita. Surga menjadi dambaan, lawan dari neraka, sebuah tempat menyeramkan dengan mahasiksa dan derita yang mencengangkan.

Bagaimana surga dan neraka itu bentuknya, dan siapa saja penghuninya, tidaklah dalam konteks untuk diperdebatkan. Semua telah dilukiskan dalam Alquran, sebuah kitab yang keberadaannya setiap muslim mengimani. Maka, surga dan neraka pun kita imani, karena ia dilukiskan keberadaannya dalam kitab suci-Nya itu.

Surga memang misteri, dan imajinasi kita amat terbatas mengungkap misteri yang dikandungnya. Surga identik dengan suatu tempat, ketenteraman dan keniscayaan. Itulah surga alam bawah sadar kita. Dan kemisteriannya (surga) itu bagian dari rahasia Tuhan, Si Penyimpan rahasia yang menjadikannya misteri, namun tetap terpatri janji-Nya: Memberi kebahagiaan jika manusia mematuhi hukum-hukum-Nya.

Misteri surga itu menjadikan manusia menangkap tafsirannya dengan bermacam tafsiran, multi tafsir, multi dimensi, dan multi interpretasi. Sebagaimana Muhammad SAW menggambarkannya, “Di dalam surga terdapat sesuatu yang belum pernah dilihat oleh mata siapa pun, belum pernah didengar telinga siapa pun, dan belum pernah terlintas digambarkan kalbu seorang pun.”

Itulah misteri surga, yang kerap hadir dalam suara alam bawah sadar siapa saja. Itu bisa digambarkan lewat keindahan alam raya yang ditemuinya, yang diserupakan dengan surga lewat gambaran yang sederhana. Tentu tidak mewakili surga yang sebenarnya. Suara alam bawah sadar akan muncul kapan saja dan oleh siapa saja yang mampu mengilustrasikan sesuatu dengan apa yang diinginkannya.

*Pemerhati masalah sosial

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement