Rabu 21 Feb 2018 14:33 WIB

Menakar Ulang Kekuatan Bulog

.

Petani panen padi (ilustrasi)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Petani panen padi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Nuraini*

Datangnya beras impor pada awal tahun ini bisa menjadi peringatan bagi Bulog. Impor beras hingga 500 ribu ton dipilih pemerintah untuk menekan harga beras yang melonjak di atas harga eceran tertinggi (HET). Pemerintah tetap mengambil kebijakan impor meskipun petani akan memasuki masa panen raya pada Februari-April 2018. Beras impor ini ditarget menambak stok beras Bulog dan tidak dilepas ke pasar. Hal yang menjadi pertanyaan, masih kuatkah Bulog untuk meredam harga beras ke depan?

Pada awal 2018, Bulog menyatakan stok beras di gudang hampir 1 juta ton atau 958 ribu ton ( http://republika.co.id/berita/ekonomi/makro/18/01/04/p21cdr299-bulog-stok-beras-hampir-satu-juta-ton ) Stok beras tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan beras sejahtera selama empat bulan. Akan tetapi, stok beras tersebut tidak mencukupi untuk beras komersial yang hanya menyisakan 11 ribu ton. Padahal, kebutuhan beras nasional per bulan mencapai 2 juta ton.

Dengan kondisi stok beras Bulog tersebut, harga beras jenis medium berkisar Rp 10.500-Rp 11 ribu per kilogram pada Januari-Februari. Harga ini melebihi HET beras medium yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 9.450 per kg untuk Jabodetabek. Sementara, harga gabah mencapai Rp 4.500 per kilogram.

Untuk meredam gejolak harga tersebut, Bulog telah memperluas jangkauan operasi pasar. Bulog melakukan operasi pasar di 198 titik pasar di seluruh Tanah Air yang mencapai 1.838 gerai. Akan tetapi, penurunan harga beras masih seret. (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/18/02/20/p4g3ma382-harga-ratarata-gabah-masih-tinggi-beras-di-atas-rp-10-ribu)

Harga beras masih bertahan tinggi, meskipun pada bulan ini, sejumlah wilayah telah memasuki masa panen (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/pertanian/18/02/19/p4dx1j423-mentan-klaim-harga-beras-mulai-turun). Kementan mengklaim pada Februari akan panen 1,6 juta hektare. Panen masih akan berlangsung pada Maret hingga April di sejumlah wilayah penghasil beras.

Menilik permasalahan tersebut, kekuatan Bulog dalam menyerap beras petani perlu ditakar ulang. Tahun ini, Bulog ditargetkan bisa menyerap beras petani hingga 2,7 juta ton. Bahkan, pemerintah juga menaikkan fleksibilitas harga pembelian pemerintah (HPP) hingga 20 persen.

Dengan kenaikan fleksibilitas itu, Bulog bisa membeli gabah petani 20 persen dari HPP gabah kering panen sebesar Rp 3.700 per kilogram. Hingga Februari 2018, Bulog telah menyerap 9.800 ton gabah. Sementara, stok beras Bulog masih tersisa 600 ribu ton dengan cadangan beras pemerintah sebesar 43 ribu ton. Sayangnya, dengan fleksibilitas tersebut, serapan Bulog tetap belum maksimal. Harga gabah yang masih tinggi tetap membuat Bulog kesulitan menyerap hasil panen. (http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/18/02/19/p4e3xd382-musim-panen-bulog-banyumas-belum-berani-serap-beras-petani)

Harga beras akan terus menjadi masalah jika pemerintah tidak menguatkan Bulog sebagai lembaga penyangga stok pangan (buffer stock). Jika tidak ada penguatan, maka impor pangan akan terus menjadi solusi jangka pendek untuk masalah jangka panjang.

 

*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement