Kamis 15 Feb 2018 06:07 WIB

Jokowi Yakin RI Jadi Pemimpin Negara Muslim, Ini Alasannya

Indonesia memiliki modal yang besar untuk menjadi pemimpin negara Muslim.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Elba Damhuri
Presiden Jokowi bersama istri saat berada di Kabul. Afganistan.
Foto: Istana Presiden
Presiden Jokowi bersama istri saat berada di Kabul. Afganistan.

REPUBLIKA.CO.ID AMBON - Presiden Joko Widodo yakin, Indonesia sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar bisa menjadi rujukan,

bahkan pemimpin negara Muslim di dunia jika ekonominya kuat.

"Saya yakin kita bisa menjadi rujukan negara lain dan bisa menjadi pemimpin negara Muslim kalau ekonomi kita kuat," ujar Presiden saat berpidato pada pembukaan Kongres ke-30 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Auditorium Universitas Pattimura Ambon, Maluku, Rabu (14/2).

Indonesia, menurut Presiden, memiliki modal yang besar untuk menjadi pemimpin bagi negara Muslim lainnya. Salah satu modal tersebut, yakni Indonesia memiliki penduduk Muslim terbesar di dunia serta telah masuk dalam kelompok ekonomi G20.

"Sebagai negara Muslim terbesar di dunia dan sebagai negara demokratis ketiga terbesar di dunia, dan sebagai negara satu-satunya di ASEAN yang masuk ekonomi besar G20, kita punya modal besar menjadi pemimpin," kata Presiden.

Kepada para kader HMI yang mengikuti kongres, Presiden mengingatkan, Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat, toleran, dan terbuka bagi kemajuan bangsa. "Nusantara kita kokoh bersatu, bukti bahwa Bhinneka Tunggal Ika sangat tangguh, bukti negara Muslim yang sukses berdemokrasi, yang terbuka untuk kemajuan negeri," kata dia.

Presiden juga mengatakan, saat ini dunia berada pada era globalisasi yang penuh kompetisi dan penuh persaingan. Inovasi dan teknologi terus berkembang. ‘’Kita berada di dunia yang bergerak sangat cepat,’’ ujar Presiden.

Karena itu, menurut dia, tak ada jalan lain kecuali meningkatkan kualitas sumber daya manusia menjadi insan-insan pembelajar yang sehat, berakhlak mulia, bermoral tinggi, berinovasi, dan berdaya juang tinggi. Sumber daya manusia yang berkualitas juga merupakan modal bangsa. Terkait hal ini, Presiden menilai, para kader HMI pun merupakan salah satu sumber daya manusia yang berkualitas.

‘’Apa yang selama ini kita lakukan rupanya sejalan dengan semboyan HMI yang saya kenal sejak mahasiswa. Pantang menolak tugas, pantang mengulur waktu, pantang kerja tak selesai," ujar Presiden.

Pada kesempatan itu, Presiden juga mengatakan, Indonesia tak ingin lagi meminta bantuan, tapi ingin bisa lebih banyak membantu negara lain. Hal itu pun sudah ia sampaikan kepada para duta besar dan perwakilan Indonesia di luar negeri.

Dalam menjalankan amanat konstitusi, menurut Presiden, Indonesia tak hanya berupaya untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Indonesia juga harus menunjukkan kepedulian bagi warga yang mengalami kesulitan di berbagai belahan dunia.

"Kita terus membantu perjuangan Palestina. Kita ingat, tahun 2016 menjadi tuan rumah KTT Luar Biasa OKI. Kita juga membuka konsulat kehormatan di Ramallah. Kita juga mendorong KTT di Istanbul yang menentang pengakuan sepihak Amerika Serikat terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel," kata Presiden.

Terhadap para pengungsi di perbatasan Bangladesh dan Myanmar, lanjut dia, Indonesia juga aktif memberikan bantuan kemanusiaan sekaligus menjalankan upaya diplomasi damai bagi pihak-pihak yang berseteru.

Belum lama ini, Presiden juga bersikeras hadir di Afghanistan yang sedang didera konflik persaudaraan. Meski ada ancaman keamanan saat kunjungan di sana, Presiden tetap menunjukkan keseriusan dan kepedulian Indonesia untuk mewujudkan perdamaian di Afghanistan.

‘’Kenapa saya tetap pergi ke Kabul? Karena pentingnya persaudaraan dan persatuan," ujarnya.

Pembukaan Kongres ke-30 HMI dihadiri juga oleh Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua DPD Osman Sapta Oedang, tokoh HMI Akbar Tandjung, Mensesneg Pratikno, Menristekdikti M Nasir, Mendikbud Muhadjir Effendi, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Gubernur Maluku Said Assagaff, Wali Kota Ambon Richard Louhenapessy, dan Ketua Umum HMI Mulyadi P Tamsir. (Pengolah: wachidah handasah).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement