Sabtu 10 Feb 2018 04:05 WIB

Merawat Ukhuwah Antaragama

Kerukunan antaragama di Indonesia merupakan fondasi bangsa yang sangat penting.

Rektor Uhamka Prof Dr Suyatno
Rektor Uhamka Prof Dr Suyatno

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Suyatno *)

Bila tidak ada halangan, Kantor Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban akan menyelenggarakan Musyawarah Besar Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa (MBPA-UKB) pada tanggal 8-10 Februari ini. Acara ini diselenggarakan sebagai rangkaian pembuka dari perayaan World Interfaith Harmony Week yang akan digelar pada 11 Februari 2018 mendatang.

Dalam pandangan penulis, acara ini, penting untuk mengukuhkan komitmen ukhuwah, persaudaraan dan kebersamaan agama-agama di Indonesia dalam rangka membangun Indonesia yang berkemajuan. Secara momentum, kegiatan tersebut juga signifikan untuk konsolidasi menghadapi tahun politik agar penyelenggaraan pesta demokrasi itu tidak mengganggu soliditas ukhuwah (penganut) agama-agama di Indonesia.

Musyawarah agama-agama ini akan membahas beberapa isu penting seperti sikap umat beragama terhadap NKRI dan terhadap Pancasila. Selain itu, akan dimusyawarahkan pula isu-isu krusial dalam hubungan agama-agama seperti prinsip-prinsip kerukunan antarumat beragama, etika kerukunan agama, masalah penyiaran dan pendirian rumah ibadah, serta mendiskusikan faktor-faktor non-agama yang dapat mengganggu hubungan antaragama di Indonesia. Melihat tema-tema yang akan dibahas, mungkin tidak seluruh persoalan akan dapat diselesaikan dalam forum tersebut. Namun kegiatan ini tetap saja penting guna melapangkan jalan ukhuwah agama-agama yang hakiki di masa mendatang.

Dua tantangan   

 

Dalam pandangan penulis, ada dua halangan dalam membangun ukhuwah dan kerja sama antaragama di Indonesia. Pertama, tantangan eksternal, yakni tantangan yang berasal dari faktor lain di luar agama sendiri seperti kondisi ekonomi, sosial, dan politik. Secara politik, misalnya, kita sering dihadapkan dengan munculnya sejumlah politisi-politisi picik yang tidak sehat nalarnya yang berupaya menjadikan agama sebagai kendaraan untuk kepentingan politiknya, tanpa memperhatikan efek negatifnya di level masyarakat. Karena itu, kerap kali berbagai konflik kepentingan politik berefek pada lahirnya ketidakharmonisan hubungan antaragama di Indonesia.

Demikian juga kondisi sosial ekonomi masyarakat. Ketidakadilan, ketimpangan sosial dan ekonomi bisa menjadi faktor pemicu terjadinya konflik sosial. Bila dibiarkan, kondisi seperti itu bisa merusak tatanan masyarakat agama-agama yang semula hidup harmonis dan bertoleransi. 

 

Adalah penting untuk merawat harmoni dan kerukunan agama-agama di Indonesia. Ini merupakan amanat dan bagian dari pengamalan sila ketiga Pancasila dan pembumian nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika. Karena itu, ini adalah tanggung jawab seluruh komponen masyarakat Indonesia. Pemerintah, DPR, politisi, militer, polisi, dan segenap pemangku kebijakan di Republik memegang peran krusial dan berkewajiban untuk menciptakan kondisi politik, sosial-ekonomi yang baik dan  menjaga agar persatuan Indonesia tetap solid dan tegak sampai kapan pun.

Hal-hal yang dapat menganggu persatuan Indonesia, sekali lagi harus dicegah. Pemerintah perlu menjamin terwujudnya keadilan sosial-ekonomi bagi seluruh warga negara, penegakan hukum tanpa pandang bulu, pemenuhan terhadap hak-hak asasi masyarakat dan menciptakan ketenteraman serta ketertiban sosial. Ukhuwah antar-agama adalah salah satu kunci persatuan nasional serta modal penting bagi stabilitas, pembangunan dan kemajuan sebuah bangsa.

Tantangan kedua berasal dari internal agama itu sendiri yakni munculnya kelompok-kelompok ekstrim. Kelompok ini seringkali mengatasnamakan agama untuk meraih tujuan dan kepentingannya yang sebenarnya non-agama. Kelompok ekstremisme ini membajak agama-agama, dan bermimikri di semua agama. Untuk meraih tujuannya, berbagai cara digunakan sekalipun menggunakan kekerasan seperti penculikan, pembunuhan, bom bunuh diri dan sebagainya. Ekstremisme adalah parasit kemanusiaan. Ia menjadi duri yang menghambat dialog agama dan pembangunan peradaban.

 

Islam secara tegas menolak ekstremisme. Jalan yang ditempuh oleh kelompok pendukung ekstremisme sangat dilarang dalam Islam. Islam adalah agama yang menjadi rahmat bagi semesta (rahmatan lil ‘alamin). Agama Islam mengajarkan kepada pemeluknya untuk menyebarkan rahmat kepada semua mahkluk. Kepada binatang sekalipun, Islam mengajarkan untuk tidak berbuat aniaya, dzalim, dan berlaku kasar.

Dan saya kira, semua agama juga demikian. Kita tahu bahwa pada dasarnya, dalam bidang sosial-muamalah, setiap agama mengajarkan nilai-nilai kebaikan seperti perintah untuk menghormati tetangga, menunaikan kewajiban, serta menghargai hak-hak orang lain. Di bidang sosial kemasyarakatan ini, tidak ada larangan kerja sama agama-agama demi menggapai kemaslahatan hidup bersama dan kedamaian hidup berbangsa. Kita perlu mendorong kolaborasi agama-agama untuk menghapuskan kemiskinan, memerangi kebodohan serta korupsi, menghentikan trafficking dana mal-amal kebajikan sosial lainnya.

Harapan

Kerukunan antaragama di Indonesia merupakan fondasi bangsa yang sangat penting. Ia harus dijaga, dirawat karena menjadi tonggak penting bagi terwujudnya kerukunan dan persatuan bangsa. Tanpa kerukunan umat beragama, niscaya persatuan bangsa sulit terwujud.

Mengingat pentingnya ukhuwah agama-agama ini, hendaknya program dialog agama dan peradaban ini dilakukan dengan penuh tanggung jawab, komitmen sepenuh hati, menghargai dan menghormati perbedaan tiap-tiap agama, serta mengedepankan semangat kejujuran dan keterbukaan. Dialog dan kerja sama antaragama tidak bisa dibangun dengan baik kalau masih ada dusta dan kepercayaan satu dengan lainnya.

Akhirnya, semoga Allah Yang Maha Esa melindungi dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap kokoh, menjadi negara yang baik dan dalam ampunan, lindungan Allah. Indonesia adalah Darul ahdi wa Syahadah, tempat kita mengisi dan membangun agar bangsa ini bisa bertransformasi menjadi negara maju, dan seluruh warga negaranya hidup dengan bahagia dan berkemakmuran. Amin.

*) Rektor UHAMKA

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement